SEKOLAH seharusnya menjadi tempat paling aman dan nyaman bagi anak-anak dan remaja. Tempat di mana mereka bisa belajar, bertumbuh, dan bersosialisasi tanpa adanya rasa takut. Sayangnya, kenyataan yang terjadi tidak selalu seindah itu. Dalam beberapa kasus, sekolah justru menjadi tempat terjadinya pelecehan, baik secara verbal, fisik, maupun seksual. Dan yang lebih menyedihkannya yaitu, banyak dari kejadian itu tidak pernah terungkap karena satu alas an yakni korban lebih memilih untuk diam karena berbagai alasan dibaliknya.
Sebagai seseorang yang pernah menghabiskan sebagian besar waktu di lingkungan sekolah, saya melihat sendiri bagaimana isu ini sering diabaikan. Entah karena dianggap tabu, dianggap sebagai hal yang sepele, atau karena adanya anggapan bahwasannya membicarakan pelecehan hanya akan “membuat malu” nama baik keluarga dan nama baik sekolah. Akibatnya, korban yang mengalami pelecehan merasa sendiri, takut melapor, dan akhirnya menyimpan trauma itu sendirian.
Diam memang sering dianggap sebagai pilihan yang aman. Tapi dalam kasus pelecehan, diam bisa menjadi senjata yang paling tajam yang dapat memperpanjang penderitaan korban. Diam bisa membuat pelaku merasa bebas untuk mengulangi perbuatannya kepada korban-korban lainnya. Diam bisa membuat korban merasa bersalah, padahal merekalah yang seharusnya mendapat perlindungan.
Inilah mengapa saya percaya bahwa bicara itu penting. Penting untuk memberanikan diri agar bisa berbicara jika kita melihat atau mengalami pelecehan. Penting juga bagi sekolah untuk menciptakan ruang yang aman bagi siswa maupun siswinya agar mereka bisa melaporkan hal tersebut tanpa takut dihakimi. Ini bukan hanya tugas guru, tetapi juga seluruh warga sekolah, termasuk siswa sendiri, staf, bahkan orang tua murid.
Lebih dari itu, pendidikan tentang pelecehan seharusnya mulai dikenalkan sejak dini. Anak-anak perlu tahu mana yang wajar dan mana yang tidak, bagaimana cara mengatakan “tidak”, serta ke mana mereka harus mencari bantuan jikalau mengalami hal serupa. Guru pun harus diberikan pelatihan khusus untuk bisa menangani laporan secara profesional, bukan malah menyalahkan korban atau menutup-nutupi kasus demi citra sekolah yang baik.
Kita juga harus mulai mengubah cara berpikir kita. Pelecehan bukanlah aib bagi korban. Melapor bukan berarti membuat masalah, tapi justru mencegah agar masalah yang lebih besar tidak terjadi. Mendengarkan dan mempercayai korban adalah langkah pertama yang sangat penting dalam membangun lingkungan yang sehat bagi seluruh kalangan yang ada dilingkungan sekolah.
Tidak mudah memang untuk berbicara tentang pelecehan. Tapi jika terus dibiarkan, maka lingkungan sekolah akan terus jadi tempat yang tidak aman bagi banyak orang. Kita semua memiliki peran untuk menciptakan perubahan, mau sekecil apapun itu. Karena pada akhirnya, sekolah bukan hanya tempat untuk mencetak nilai yang tinggi, tapi juga tempat mencetak manusia yang saling menghargai dan melindungi.
Jadi, mari mulai dari hal yang sederhana seperti dengarkan, percaya, dan jangan diam. Karena dalam kasus pelecehan, diam bukan emas melainkan petaka yang akan terus menerus berlangsung.
Penulis:
Rakha Satyawiguna
Mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi Akuntansi
Artikel Diam Bukan Emas: Pentingnya Bicara tentang Pelecehan di Sekolah pertama kali tampil pada tangselxpress.com.
tangselxpress.com