JAKARTA – Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengungkap temuan praktik pungutan liar (pungli) yang diduga dilakukan pihak tak bertanggung jawab terhadap jamaah lanjut usia (lansia) dan risiko tinggi (risti) dalam kegiatan Safari Wukuf di Arafah.
Menurut Dahnil, Safari Wukuf merupakan layanan khusus yang disediakan secara gratis bagi jamaah lansia atau sakit yang tidak memungkinkan untuk menjalani prosesi wukuf secara normal di Arafah.
Namun berbeda dengan kenyataan di lapangan, berdasarkan penuturan sejumlah jamaah, mereka dimintai uang sebesar Rp2 juta hingga Rp3 juta oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.
“Ini sudah saya sampaikan. Temuan saya di lapangan adalah adanya pungli terkait dengan Safari Wukuf. Seharusnya itu gratis, tapi beberapa jamaah mengaku dimintai uang,” kata Dahnil saat konferensi pers di kantor BP Haji, Jakarta Pusat, Rabu malam, 11 Juni 2025.
Dahnil mengaku prihatin dengan perlakuan tersebut, terutama karena banyak jamaah lansia yang sudah mengorbankan harta benda demi bisa berhaji.
Ia mencontohkan seorang jamaah bernama Pak Satori, seorang petani yang menjual sawahnya sejak tahun 2005 untuk mendaftar haji dengan biaya sebesar Rp 105 juta.
Setelah menanti hampir 20 tahun, Pak Satori akhirnya mendapat panggilan berhaji pada 2025. Namun, karena uangnya telah habis, ia bahkan harus menjual rumahnya.
“Setelah saya tanya, ‘Bapak setelah haji ini tinggal di mana?’ Jawabnya, tinggal dengan anaknya,” ujar Dahnil.
Dahnil pun mengingatkan para petugas haji bahwa jamaah yang mereka layani bukan sekadar angka statistik, tetapi manusia-manusia yang telah mengorbankan banyak hal untuk menunaikan rukun Islam kelima tersebut.
Dahnil memastikan bahwa praktik-praktik tidak etis semacam ini akan menjadi catatan penting dalam evaluasi penyelenggaraan haji ke depan, terutama menjelang musim haji 2026.
