RISKS.ID – Tidak sekadar menghadirkan desain yang stylish dan efisiensi tinggi, Morris Garage (MG) fokus pada aspek paling kritis dalam era elektrifikasi: keamanan dan inovasi baterai.
Baterai pada kendaraan listrik bukan hanya sumber tenaga, melainkan jantung dari performa, keandalan, dan keselamatan. MG menyadari hal ini dan menetapkan standar tinggi dalam pengembangan baterai, menjadikannya sebagai fondasi dari setiap produk EV mereka.
“Transisi menuju kendaraan listrik harus dibarengi dengan rasa aman dan keyakinan penuh dari konsumen. Keamanan baterai bukan hanya soal spesifikasi teknis—ini adalah komitmen mendasar kami,” tegas Jason Huang, CEO MG Motor Indonesia, dalam Media Dialogue di booth MG GIIAS pada Jumat, 27 Juli 2025.
Magic Cube: Baterai Tertipis di Dunia dengan Perlindungan Berlapis
Salah satu terobosan terbesar MG di bidang baterai adalah teknologi ‘Magic Cube’ yang mengusung konsep Cell-to-Pack (CTP). Teknologi ini memungkinkan sel baterai terintegrasi langsung ke struktur kendaraan tanpa modul tambahan, sehingga menghasilkan desain yang sangat tipis—hanya 110 mm, lebih ramping dari kaleng minuman.
Keunggulan desain ini tidak hanya pada ketipisannya, tetapi juga pada beberapa aspek seperti :
– Pusat gravitasi lebih rendah, meningkatkan stabilitas berkendara.
– Ruang kabin lebih luas, tanpa mengurangi kapasitas baterai.
– Kepadatan energi tinggi (180 Wh/kg), memungkinkan jarak tempuh lebih jauh.
Meski tipis, MG menegaskan bawah baterai ini dibekali dengan sistem perlindungan berlapis:
– Isolasi nano untuk mencegah short circuit.
– Lapisan tahan api yang meminimalkan risiko kebakaran.
– Katup pelepas tekanan otomatis untuk menghindari overpressure.
“Meski sangat tipis, baterai ini memiliki kepadatan energi luar biasa berkat inovasi horizontal cell layout. Ini adalah konsep satu-satunya di dunia,” jelas Joy Zheng, Managing Director Unified Advanced Battery System (UABS) Indonesia di lokasi yang sama.
Dibuktikan dengan Uji Ekstrem dan Sertifikasi Global
MG tidak main-main dalam menjamin keamanan baterainya. Seluruh unit baterai mereka telah melalui serangkaian uji ekstrem, termasuk:
– Uji suhu ekstrem (hingga 55°C) untuk memastikan ketahanan di iklim tropis.
– Uji benturan keras simulasi kecelakaan.
– Uji penetrasi paku besi untuk memverifikasi stabilitas sel baterai.
Selain itu, baterai MG telah bersertifikasi IP67, menjamin ketahanan terhadap air dan debu—sangat penting untuk kondisi jalanan Indonesia.
Sistem Intelligent Battery Temperature Control Management juga menjadi fitur kunci. Sistem ini memantau suhu baterai 24 jam non-stop dan mengaktifkan pendingin otomatis jika suhu melebihi batas ideal (20°C–30°C), sehingga memperpanjang usia pakai baterai.
Platform E2: Hasil Riset 3 Tahun Sebelum Diproduksi
Teknologi baterai MG dikembangkan di atas platform E2 Battery, hasil kolaborasi riset dengan SAIC dan CATL sejak 2019 sebelum akhirnya diproduksi massal pada 2022. Platform ini menjadi dasar dari desain baterai horizontal pertama di dunia, yang membuat MG unggul dalam efisiensi dan keamanan.
Zuo Chen, Product & Marketing Representative from SAIC Motor International, menjelaskan, dalam kurun waktu 3 tahun (2019-2022) itu, dilakukan serangkaian penelitian, pengembangan hingga uji coba, mulai pada sektor performa hingga keamanan.
“Keamanan dan keselamatan adalah prooritas, karena itu kami membutuhkan waktu cukup lama sebelum memproduksi baterai ini. Kami uji tabrak, di dalam air, uji puntir sehingga benar-benar aman digunakan. Proses pengembangan itu tentunya juga melibatkan banyak pihak termasuk produsen dari Amerika,” tutur Zao Chen.
“Ini bukan sekadar baterai, melainkan solusi berkelanjutan untuk mobilitas listrik masa depan,” sambung Joy Zheng.
Masa Pakai Panjang & Komitmen Daur Ulang
Salah satu kekhawatiran konsumen EV adalah durabilitas baterai. MG menjawab tantangan ini dengan desain baterai yang mampu bertahan hingga ±12 tahun. Namun, setelah masa pakainya habis, baterai tidak serta-merta menjadi limbah.
MG telah membangun sistem daur ulang (e-cycle) yang matang di China bersama CATL dan Psychomotor—dan kini sedang dikembangkan di Indonesia. “Kami bekerja sama dengan pemasok lokal untuk mendaur ulang baterai dengan cara yang bertanggung jawab,” ungkap Joy.
Selain itu, teknologi one-pack magic block memungkinkan pengguna melakukan fast-swapping—mengganti baterai tanpa perlu mengganti mobil.
“Jika konsumen ingin mempertahankan mobilnya lebih dari 10 tahun, baterai MG bisa diganti sebagian atau seluruhnya dengan mudah,” jelasnya.
Diterapkan di Seluruh Line-up EV MG, dari Harian hingga Sport
Teknologi baterai MG tidak hanya untuk mobil harian, tetapi juga kendaraan berperforma tinggi. Beberapa model yang telah mengadopsi teknologi ini:
– MG ZS EV (jarak tempuh 403 km)
– MG4 EV (425 km, NEDC)
– MG4 EV Max (540 km dengan kapasitas 64 kWh)
Bahkan, baterai ultra-tipis ini telah diuji pada MG Cyberster, mobil sport listrik andalan MG. “Banyak yang mengira baterai tipis berarti performa terbatas. Faktanya, teknologi kami justru memungkinkan pelepasan arus besar berkat power density tinggi,” tegas Joy.
Produksi Lokal & Dukungan Ekosistem EV Indonesia
Untuk memastikan pasokan baterai yang stabil, pada 2024 MG bermitra dengan Unified Advanced Battery System (UABS) Indonesia—joint venture antara UABS Co. dan PT Agung Kentjana Abadi—untuk memproduksi baterai EV secara lokal. Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik nasional.
Trendsetter Baterai EV Masa Depan
Dengan kombinasi desain tipis, keamanan berlapis, performa tinggi, dan komitmen daur ulang, MG tidak sekadar menjual mobil listrik—melainkan solusi mobilitas berkelanjutan. Inovasi baterai mereka membuktikan bahwa “kecil tidak berarti lemah”, justru sebaliknya: teknologi yang cerdas, aman, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
“Kami tidak hanya membangun mobil listrik, kami membangun kepercayaan,” tutup Jason Huang.
