RISKS.ID – Chery TIGGO 9 CSH resmi diluncurkan di GIIAS 2025 dengan bandrol Rp719.9 juta OTR Jakarta. SUV 7 penumpang ini dihadirkan guna menjawab kebutuhan mobilitas modern tanpa kekhawatiran terhadap jarak tempuh (range anxiety), sekaligus menghadirkan solusi ramah lingkungan yang praktis dan andal.
Di balik gemerlap pameran otomotif dan kampanye pemasaran, sesungguhnya ada satu momen yang jarang disaksikan publik: ketika sebuah kendaraan diuji hingga batas maksimal kemampuannya.
April 2025 menjadi bulan bersejarah bagi Chery, ketika dua unit TIGGO 9 CSH—SUV 7-penumpang andalannya—dihadapkan pada dua skenario kecelakaan paling menantang di Longshan Test Center, Wuhu. Hasilnya? Sebuah demonstrasi nyata tentang bagaimana keselamatan dan ketangguhan seharusnya didesain.
Uji Tabrakan Frontal: Ketika Dua Kendaraan Saling Berhadapan
Pengujian pertama adalah head-on collision—tabrakan frontal penuh antara dua TIGGO 9 CSH yang melaju berhadapan dengan kecepatan masing-masing 56 km/jam (total energi benturan setara dengan kecepatan 112 km/jam). Dalam dunia otomotif, skenario ini termasuk paling destruktif karena memusatkan gaya benturan pada area kabin.
Begitu benturan terjadi, struktur depan kedua kendaraan terlipat secara terkontrol untuk menyerap energi. Pilar A dan B—dua komponen kritis penyangga atap—tetap utuh, sementara airbag depan dan samping mengembang tepat waktu.
Yang tak kalah penting, sistem keselamatan pasif seperti penguncian pintu otomatis dan lampu hazard aktif seketika, sementara tak ada tanda kebocoran bahan bakar. Hasil ini mengonfirmasi bahwa desain crumple zone (zona deformasi) TIGGO 9 CSH bekerja sesuai proyeksi.
Spiral Rollover: Simulasi Kecelakaan Paling Kompleks
Jika uji tabrakan frontal adalah ujian untuk struktur depan, pengujian kedua—spiral rollover—adalah ujian untuk ketahanan atap dan struktur samping. Kendaraan dipacu hingga 68 km/jam di tanjakan miring, lalu dirotasi 180 derajat sebelum terjatuh dari ketinggian 1,1 meter.
Dalam kecelakaan nyata, dinamika rollover sering kali menyebabkan deformasi struktural tak beraturan yang berisiko melukai penumpang. Namun, TIGGO 9 CSH berhasil mempertahankan integritas kabin berkat penguatan pada pilar B dengan teknologi TRB (Tailor Rolled Blank), material yang biasanya digunakan pada ruang tekanan kapal selam. Atap tidak ambruk, dan pintu tetap bisa dibuka—faktor krusial untuk evakuasi darurat.
Rahasia di Balik Ketangguhan: Platform T2X dan Material Canggih
Keberhasilan dalam dua uji ekstrem ini bukanlah kebetulan. Chery membangun TIGGO 9 CSH di atas platform T2X Super Platform, dengan 85% bodi terbuat dari baja kekuatan tinggi—21% di antaranya baja hot-formed berketahanan 1.500 MPa (setara dengan baja pada rangka pesawat).
Desain bodinya mengadopsi konsep “kapsul ruang energi penyerap gaya” berbentuk sangkar, dengan dua jalur horizontal dan tiga jalur vertikal untuk menyalurkan energi benturan frontal, serta enam kotak penyerap energi untuk benturan samping. Pendekatan ini mirip dengan prinsip safety cage pada kendaraan premium global.
Komitmen Chery di Indonesia: Lebih dari Sekadar Pemasaran
Di Indonesia, Chery tak hanya menjual TIGGO 9 CSH sebagai produk impor. SUV ini diproduksi lokal di Bekasi dengan melibatkan tenaga ahli dalam negeri—langkah strategis untuk menjadikan Indonesia basis produksi setir kanan di Asia Pasifik.
Dari sisi layanan, Chery menawarkan paket garansi terlengkap di segmennya: 6 tahun/160.000 km untuk kendaraan, 10 tahun/1.000.000 km untuk mesin, dan 8 tahun/160.000 km untuk baterai. Mereka juga menggratiskan biaya jasa dan suku cadang selama 4 tahun/60.000 km—sebuah upaya untuk membangun kepercayaan konsumen.
Chery memamerkan TIGGO 9 CSH di GIIAS 2025 (24 Juli–3 Agustus 2025) sebagai bagian dari strategi ekspansinya. Namun, bagi konsumen yang cerdas, yang terpenting bukanlah klaim, melainkan bukti—dan dua uji ekstrem ini layak jadi bahan pertimbangan.





