RISKS.ID – Di tengah geliat Indonesia menuju ekonomi hijau, VinFast Indonesia menggelar VIN TALKS dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. Diskusi strategis ini mengusung tema “Investing in Impact – Catalyzing Indonesia’s Green Economy Through Policy & Private Sector Collaboration”, menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan dunia pendidikan untuk mendorong mobilitas listrik dan investasi berkelanjutan.
Acara ini menghadirkan dua pembicara kunci: Gita Wirjawan, tokoh pendidikan dan pengusaha sekaligus pembawa acara podcast Endgame, serta Kariyanto Hardjosoemarto, CEO VinFast Indonesia.
Keduanya memaparkan visi dan tantangan transformasi hijau Indonesia, di tengah momentum pertumbuhan investasi dan bonus demografi yang menjadi modal besar bagi negeri ini.
Indonesia di Persimpangan Ekonomi Hijau
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi di Indonesia mencapai Rp1.766 triliun pada 2024, tumbuh 20% dari tahun sebelumnya. Foreign Direct Investment (FDI) menyumbang lebih dari 52%, menunjukkan kepercayaan investor global terhadap potensi pasar Indonesia.
“Kita berada di titik balik yang unik,” ujar Gita Wirjawan. “Bonus demografi bisa menjadi peluang emas untuk membawa Indonesia naik kelas dalam dekade mendatang. Namun, syarat utamanya adalah peningkatan kualitas pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) agar generasi muda siap menghadapi ekonomi berbasis inovasi dan keberlanjutan,” sambungnya.
Namun, jalan menuju ekonomi hijau tidak tanpa hambatan. Gita menekankan bahwa dua faktor kunci harus dipenuhi: kepastian hukum bagi investor dan ketersediaan tenaga kerja terampil. “Modal akan mengalir dengan sendirinya jika kedua prasyarat ini terpenuhi,” tegasnya.
VinFast dan Ambisi “Electric Nation” di Indonesia
Merespons peluang ini, VinFast—produsen kendaraan listrik asal Vietnam—memilih Indonesia sebagai pasar strategis setelah Eropa, AS, dan India. “Indonesia tidak hanya memiliki populasi besar, tetapi juga komitmen kuat pemerintah dalam mendukung industri kendaraan listrik (EV),” jelas Kariyanto Hardjosoemarto.
Ambisi Indonesia untuk memiliki 2 juta mobil listrik dan 12 juta motor listrik pada 2030 selaras dengan strategi VinFast. Perusahaan ini tidak sekadar menjual mobil, tetapi membangun ekosistem EV yang komprehensif. “Kami sedang menciptakan electric nation,” tegas Kariyanto.
Investasi besar-besaran telah dimulai. VinFast menggelontorkan dana USD 200 juta untuk membangun pabrik perakitan di Subang, Jawa Barat, dengan kapasitas awal 50.000 unit per tahun. Proyek ini akan menyerap 1.000 tenaga kerja langsung, belum termasuk rantai pasok pendukung.
Infrastruktur pengisian daya juga menjadi fokus. Bersama mitra seperti V-Green, ChargePoint, dan Amarta Group, VinFast menargetkan 63.000 titik pengisian di seluruh Indonesia pada akhir 2025, dengan total investasi USD 300 juta. “Kami ingin mobilitas hijau menjadi terjangkau, andal, dan inklusif,” ujar Kariyanto.
Kolaborasi Kunci: Dari Infrastruktur hingga SDM
Selain infrastruktur, VinFast aktif menjalin kemitraan dengan pemangku kepentingan lokal. Keanggotaannya di Gaikindo memperkuat posisinya dalam mendorong adopsi EV di Indonesia. Layanan taksi listrik Green SM dan jaringan pengisian nasional menjadi bukti komitmen perusahaan dalam membangun ekosistem berkelanjutan.
“Kami tidak bekerja sendiri. Kolaborasi dengan pemerintah, pelaku industri, dan akademisi sangat vital,” tambah Kariyanto. Transfer teknologi dan penguatan rantai pasok lokal menjadi bagian dari strategi jangka panjang VinFast untuk menciptakan lapangan kerja hijau dan mendukung industrialisasi ramah lingkungan.
Menuju Indonesia Emisi Nol
Gita Wirjawan mengapresiasi langkah VinFast, seraya menegaskan bahwa transisi hijau harus inklusif. “Pendidikan vokasi dan pelatihan teknis harus diperkuat agar tenaga kerja lokal mampu mengisi lapangan kerja baru di industri EV,” katanya.
Kariyanto menutup diskusi dengan pesan optimistis: “VinFast bangga menjadi bagian dari perjalanan Indonesia menuju ekonomi hijau. Kami yakin, dengan kolaborasi yang solid, Indonesia bisa menjadi pemimpin regional dalam mobilitas berkelanjutan.”
Dalam diakusi tersebut, VIN TALKS tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga pengingat bahwa transformasi hijau adalah kerja kolektif.
Dengan kebijakan tepat, investasi berani, dan SDM unggul, Indonesia memiliki peluang emas untuk menulis babak baru sebagai negara dengan ekonomi hijau terdepan di Asia Tenggara.





