
TANGERANG SELATAN – Sering dianggap sepele, para ahli medis menyebut konsumsi obat cacing tidak boleh sembarangan tanpa indikasi dan dosis yang tepat.
Penggunaan yang tidak tepat justru bisa menimbulkan efek samping, meskipun ringan, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum meminumnya.
Dilansir dari Halodoc, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Riyadi, SpA, Subs IPT(K), MKes menegaskan bahwa pemberian obat cacing baik untuk anak maupun dewasa sebaiknya dilakukan ketika memang sudah muncul tanda infeksi cacing.
“Jadi kalau memang ada gejala, ada indikasi tentu boleh. Tapi jangan lupa, namanya minum obat itu harus dengan saran dokter. Ini penting ya karena obat cacing itu seperti obat antibiotik. Dia itu antimikroba, antimikroorganisme. Jangan digunakan secara berlebihan,” kata dokter Riyadi.
Lebih lanjut dokter Riyadi mengingatkan agar masyarakat tidak asal membeli obat cacing di pasaran dan mengonsumsinya secara berlebihan. Menurutnya, meskipun relatif aman, obat ini tetap memiliki potensi efek samping terhadap tubuh.
Gejala umum yang menandakan adanya infeksi cacing antara lain batuk menyerupai infeksi paru-paru, rasa mual, nafsu makan menurun, kesulitan buang air besar, hingga peningkatan kadar eosinofil pada tes darah.
Jenis obat cacing yang lazim digunakan meliputi Albendazol, Mebendazol, dan Pirantel Pamoat. Tiga obat ini dapat dipakai untuk berbagai jenis infeksi, seperti cacing pita, cacing gelang, hingga cacing isap.
Menurut panduan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Albendazol untuk anak usia 12–24 bulan diberikan dengan dosis tunggal 200 mg, sedangkan untuk anak di atas 2 tahun dan orang dewasa dosisnya 400 mg sekali minum.
Jika menggunakan Mebendazol, dosis tunggal 500 mg diberikan untuk anak di atas usia 2 tahun dan orang dewasa. Sementara untuk bayi di bawah 1 tahun, pilihan yang disarankan adalah Pirantel Pamoat dengan dosis 10–11 mg/kg berat badan, maksimal 1 gram.
Agar hasilnya lebih efektif, obat cacing sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong. Selain itu, pada wilayah dengan prevalensi kecacingan tinggi lebih dari 20 persen, dokter Riyadi merekomendasikan pemberian Pencegahan Obat Pencegahan Massal (POPM) minimal sekali hingga dua kali setahun bagi anak usia sekolah maupun prasekolah di atas 1 tahun.
“Kalau daerah dengan prevalensi atau angka kejadian kecacingan di atas 20 persen, minimal anak di usia sekolah dan prasekolah di atas 1 tahun harus mengonsumsi antara satu hingga dua kali Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) kecacingan,” katanya.
Secara global, kecacingan masih menjadi masalah kesehatan yang besar. Data WHO tahun 2023 mencatat sekitar 1,5 miliar orang di dunia terinfeksi cacing, dengan mayoritas kasus berasal dari kelompok cacing yang siklus hidupnya menular melalui tanah.
Di Indonesia sendiri, kasus memprihatinkan terjadi di Sukabumi pada Juli 2025, ketika seorang anak berusia 4 tahun berinisial RY meninggal dunia. Tim medis menemukan cacing hidup hingga seberat satu kilogram dari tubuhnya, bahkan menyebar ke otak.
Artikel Jangan Minum Obat Cacing Sembarangan, Kenali Gejala dan Dosis yang Tepat pertama kali tampil pada tangselxpress.com.
tangselxpress.com





