RISKS.ID – Peta investasi ekonomi kreatif Indonesia berubah. Untuk pertama kalinya, subsektor aplikasi menyalip fesyen dan kuliner sebagai magnet utama investasi pada semester pertama 2025.
Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya mengungkapkan, investasi ekonomi kreatif sudah mencapai 66 persen dari target tahun ini. Dari jumlah tersebut, aplikasi menjadi penyumbang tertinggi, disusul fesyen, kuliner, dan kriya.
“Yang paling tinggi adalah sektor aplikasi, baru fesyen, kuliner, dan kriya,” ujar Teuku Riefky saat menghadiri Badan Ekraf Developer Day (BDD) 2025 di Bandung, Sabtu (22/11).
Pada 2025, sektor ekonomi kreatif dengan 17 subsektornya ditarget menyumbang realisasi investasi mencapai Rp 136 triliun, atau sekitar 9 persen dari total investasi nasional. Sedangkan ekspor ekraf ditargetkan menembus USD 26,4 miliar atau 9,5 persen dari total ekspor nasional. Capaian ekspor itu kini sudah menyentuh 50 persen pada semester pertama.
Melihat lonjakan sektor berbasis kekayaan intelektual (KI), pemerintah menyiapkan dukungan pembiayaan spesifik. Teuku memastikan adanya skema KUR khusus untuk industri kreatif berbasis KI dengan nilai plafon mencapai Rp 10 triliun.
“Ini dirancang untuk memfasilitasi pengembang aplikasi dan gim lokal yang sering kesulitan modal karena tidak punya aset fisik sebagai jaminan,” jelasnya.
Menurut dia, pelaku usaha dapat mengakses pinjaman hingga Rp 500 juta per debitur. “Ini solusi konkret di luar pelatihan teknis,” tambahnya.
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja ekonomi kreatif sudah mencapai 27,4 juta orang. Angka itu naik sekitar satu juta pekerja dibanding tahun sebelumnya, menandakan sektor ini menjadi penopang penyerapan tenaga kerja di tengah disrupsi industri lain.
Lebih dari 50 persen pekerja di sektor kreatif berusia muda, yaitu 18–40 tahun.
“Sektor ini juga kontribusinya terhadap PDB nasional sudah tujuh persen, dan itu sudah 104 persen dari target,” kata Teuku.
Menurutnya, pertumbuhan ekraf yang terakselerasi digitalisasi, bahkan sempat tak terprediksi pemerintah. “Orang bisa punya penghasilan sesuai passion-nya, sesuai hobinya. Perkembangannya luar biasa cepat,” ucapnya.





