Garuda Indonesia Kaji Ulang Proyeksi Bisnis usai Terima Suntikan Modal dari Danantara

RISKS.ID – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah meninjau ulang proyeksi bisnis dan keuntungan perusahaan setelah menerima tambahan modal dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Evaluasi ini dilakukan untuk memastikan langkah pemulihan operasional dan keuangan berjalan optimal.

Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia Thomas Sugiarto Oentoro menegaskan, kajian ulang tersebut termasuk rencana pembelian pesawat baru yang sebelumnya dicanangkan untuk tahun 2026.

Bacaan Lainnya

“Kita sedang mengkaji ulang prospek. Memang di tahun 2026 ini kita sudah mencanangkan untuk membeli pesawat baru, tapi sedang kita kaji ulang. Kami sedang mengkaji dan itu akan memberikan angka untuk proyeksi kami ke depan,” ujarnya dalam Paparan Publik Garuda Indonesia secara virtual di Jakarta, Kamis (27/11).

Seiring evaluasi tersebut, Perseroan turut menelaah ulang rencana jaringan penerbangan untuk tahun depan. Menurut Thomas, proyeksi pendapatan 2026 sangat dipengaruhi strategi network planning dan tingkat produksi atau available seat kilometer (ASK) yang akan ditetapkan.

“Proyeksi kita memang harus lihat dulu dari network planning dan baru bisa melihat berapa jumlah produksi yang akan dilakukan tahun depan. Tapi seharusnya tidak lebih rendah dari tahun ini,” paparnya.

Dia menambahkan, hasil perbaikan operasional diharapkan sudah mulai terlihat pada laporan kinerja kuartal II tahun depan.

Sebelumnya, Garuda Indonesia mendapatkan suntikan modal sebesar Rp23,67 triliun dari Danantara. Dana tersebut dialokasikan untuk sejumlah kebutuhan, yakni pemeliharaan armada Citilink sebesar 47 persen, pemeliharaan pesawat Garuda Indonesia 37 persen, dan pembayaran avtur Citilink kepada Pertamina sebesar 16 persen.

Meski tengah menjalankan restrukturisasi berkelanjutan, Garuda Indonesia masih mencatatkan kerugian. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2025, rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai 182,8 juta dolar AS atau sekitar Rp3,05 triliun.

Jumlah tersebut meningkat 39,3 persen dibandingkan kuartal III 2024 yang mencatatkan rugi 131,2 juta dolar AS.

Dari sisi pendapatan, Perseroan membukukan pendapatan usaha 2,39 miliar dolar AS hingga kuartal III 2025 atau turun 6,64 persen dibanding periode sama 2024. Penurunan terbesar berasal dari penerbangan berjadwal yang merosot 8,52 persen menjadi 1,84 miliar dolar AS.

Pendapatan penerbangan lainnya ikut melemah menjadi 245,8 juta dolar AS. Sebaliknya, pendapatan penerbangan tidak berjadwal meningkat tipis 2,88 persen menjadi 299,5 juta dolar AS.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *