RISKS.ID – Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenekraf/Bekraf) mencatat jumlah pekerja ekonomi kreatif pada 2025 mencapai 27,4 juta orang. Angka tersebut setara 18,70 persen dari total penduduk bekerja di Indonesia.
Data itu merujuk pada laporan Statistik Ekonomi Kreatif yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya mengatakan, capaian tersebut menunjukkan kinerja sektor ekonomi kreatif melampaui target nasional. Menurut dia, pencapaian itu tidak lepas dari peran strategis BPS dalam menyediakan data yang akurat dan berkelanjutan.
Dalam keterangan persnya Teuku Riefky menilai statistik ekonomi kreatif menjadi fondasi penting dalam perumusan kebijakan berbasis data yang selaras dengan kebutuhan pelaku kreatif di daerah.
“Apresiasi saya sampaikan kepada BPS. Kolaborasi ini pernah terjalin sejak 2010, sempat terputus, dan pada 2025 kembali kami hidupkan sebagai implementasi Asta Ekraf, khususnya Ekraf Data, untuk memperkuat data-driven policy making,” ujarnya Riefky, Rabu (17/12).
Laporan tersebut mencakup capaian tenaga kerja, kinerja ekspor, hingga kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah pekerja ekonomi kreatif yang mencapai 27,4 juta orang itu melampaui target 2025 sebesar 25,55 juta orang.
Selain itu, lebih dari 50 persen tenaga kerja ekonomi kreatif berusia di bawah 40 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan sektor ini menjadi sumber penciptaan lapangan kerja baru yang relevan bagi generasi muda.
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional juga terus menguat. BPS mencatat nilai PDB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku (ADHB) pada 2024 mencapai Rp1.611,2 triliun atau berkontribusi sebesar 7,28 persen terhadap PDB nasional.
Dari sisi ekspor, sektor ekonomi kreatif mencatat kinerja positif. Nilai ekspor ekonomi kreatif sepanjang Januari–Oktober 2025 mencapai 26,68 miliar dolar AS atau 11,96 persen dari total ekspor nonmigas nasional. Capaian ini melampaui target RPJMN 2025 sebesar 26,44 miliar dolar AS.
Subsektor fesyen menjadi penyumbang ekspor terbesar dengan nilai 14,86 miliar dolar AS, disusul subsektor kriya sebesar 11,10 miliar dolar AS. Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor ekonomi kreatif Indonesia, diikuti Swiss dan Jepang.
Teuku Riefky menegaskan, capaian tersebut membuktikan ekonomi kreatif telah bertransformasi menjadi kekuatan nyata dalam perekonomian nasional. Data tersebut, menurut dia, sejalan dengan semangat ekonomi kreatif sebagai the new engine of growth.
“Ekonomi kreatif bukan lagi sekadar potensi, melainkan tambang baru dan mesin baru pertumbuhan ekonomi yang tumbuh dari daerah dan menggerakkan Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan lonjakan tenaga kerja ekonomi kreatif menjadi salah satu kontributor penting terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Dia juga menyebut PDB ekonomi kreatif Indonesia sejak 2022 hingga 2024 terus meningkat.
“Pada 2024, pertumbuhan PDB ekonomi kreatif mencapai 6,57 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,03 persen,” ujar Amalia.





