RISKS.ID – Fenomena alam yang jarang terjadi menghebohkan dunia. Garis pantai Pulau Hormuz, sebuah pulau kecil di Teluk Persia, Iran, mendadak berubah warna menjadi merah darah setelah diguyur hujan deras.
Perubahan drastis tersebut menciptakan lanskap surealis yang tampak tidak biasa dan langsung menjadi perbincangan hangat di media sosial global.
Pantai hingga perairan dangkal di sekitar Pulau Hormuz terlihat seolah diselimuti cairan merah pekat. Foto dan video yang beredar luas memperlihatkan aliran air hujan bercampur sedimen merah mengalir dari perbukitan menuju laut.
Pemandangan ini memicu beragam reaksi warganet, mulai dari rasa takjub hingga kekhawatiran akan kemungkinan pencemaran lingkungan.
Namun, para ahli memastikan fenomena tersebut sepenuhnya alami dan tidak berbahaya.
Mengutip laporan NDTV, perubahan warna dramatis ini berkaitan erat dengan karakter geologi Pulau Hormuz yang unik dan kaya mineral.
Pulau Hormuz dikenal memiliki kandungan oksida besi yang sangat tinggi, terutama hematit. Mineral inilah yang memberi warna merah mencolok pada tanah dan bebatuan di pulau tersebut.
Saat hujan deras mengguyur, air meresap ke dalam tanah yang kaya zat besi. Dalam proses tersebut, air melarutkan partikel oksida besi dan membawanya mengalir ke area pantai dan perairan dangkal.
Menurut para ahli geologi, proses ini semakin intens di wilayah dengan tingkat erosi tinggi. Aliran air hujan membawa sedimen berwarna merah ke pesisir, sehingga pasir dan air laut di sekitarnya tampak berubah warna secara drastis.
Efek visualnya kian mencolok ketika hujan turun dalam jumlah besar dan berlangsung dalam waktu relatif singkat.
Hematit sendiri dikenal sebagai mineral yang juga bertanggung jawab atas warna merah pada permukaan planet Mars. Mineral ini mudah teroksidasi ketika bersentuhan dengan kelembapan.
Di Pulau Hormuz, reaksi tersebut berlangsung secara alami dan berulang, terutama pada musim hujan.
Pulau Hormuz kerap dijuluki sebagai “Pulau Pelangi Teluk Persia”. Julukan itu merujuk pada kekayaan komposisi mineralnya yang menghasilkan beragam warna alami, mulai dari merah, kuning, oranye, hingga cokelat dan ungu.
Selama musim hujan, warna-warna tersebut menjadi lebih hidup dan kontras, menciptakan pemandangan yang sering dianggap menyerupai lanskap alien.
Meski kemunculannya sempat disamakan dengan fenomena “hujan darah” yang kerap dikaitkan dengan mitos atau pertanda buruk, pakar lingkungan menegaskan tidak ada indikasi polusi atau ancaman ekologis dalam peristiwa ini. Limpasan mineral tersebut merupakan bagian dari siklus alamiah pulau dan tidak berdampak negatif terhadap ekosistem laut maupun kesehatan manusia.
Para ahli justru menilai fenomena ini sebagai contoh langka interaksi antara cuaca ekstrem dan kondisi geologi tertentu. Pulau Hormuz menjadi salah satu lokasi di dunia yang memungkinkan terjadinya peristiwa visual semacam ini karena kandungan mineralnya yang tidak umum.
Selain menarik perhatian para ilmuwan, Pulau Hormuz juga menjadi destinasi wisata unggulan di Iran. Pulau ini dikunjungi wisatawan sepanjang tahun untuk menyaksikan langsung keindahan tanah berwarna-warni, garis pantai berbatu yang eksotis, serta berbagai situs bersejarah.
Fenomena pantai merah yang terjadi baru-baru ini semakin menambah daya tarik pulau tersebut di mata wisatawan domestik maupun mancanegara.
Tak hanya warna merah, Pulau Hormuz juga menawarkan lanskap alami dengan nuansa kuning, jingga, dan warna cerah lainnya yang terbentuk dari aktivitas geologi selama ribuan tahun. Kondisi tersebut menjadikan pulau ini sebagai laboratorium alam terbuka bagi para peneliti geologi dan lingkungan.
Fenomena pantai merah darah ini sekaligus menegaskan posisi Pulau Hormuz sebagai salah satu keajaiban geologi dunia.
Peristiwa alam tersebut menjadi pengingat bahwa perubahan cuaca, seperti hujan deras, dapat memunculkan keindahan visual yang luar biasa ketika berpadu dengan karakter alam Bumi yang unik.





