Wisata ke Pulau Hormuz, Pulau Pelangi di Negeri Para Mullah

pulau hormuz
Pulau Hormuz memiliki pesona yang luar biasa. Foto: Surfiran.com

RISKS.ID – Pulau Hormuz di Iran kembali menjadi sorotan dunia. Beberapa hari terakhir, media sosial dan sejumlah laporan wisatawan ramai membicarakan fenomena alam yang dijuluki “hujan darah”.

Air hujan yang turun di sejumlah titik pulau itu tampak berwarna merah pekat, seolah membasahi tanah dengan darah.

Bacaan Lainnya

Fenomena tersebut bukan kali pertama terjadi, namun selalu berhasil memantik rasa ingin tahu publik global, sekaligus mengingatkan dunia pada keunikan Pulau Hormuz, sebuah pulau kecil di selatan Iran yang sarat pesona alam, sejarah, dan budaya.

Dikutip dari situs Surfiran.com, Pulau Hormuz terletak di mulut Selat Hormuz, jalur laut paling strategis di dunia yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Meski ukurannya relatif kecil, pulau ini menyimpan daya tarik luar biasa.

Dalam beberapa tahun terakhir, Hormuz kian dikenal sebagai destinasi wisata alternatif, terutama bagi pelancong yang mencari lanskap ekstrem dan pengalaman budaya yang autentik.

Foto: surfiran.com

Tanah Merah dan “Hujan Darah” yang Viral

Fenomena “hujan darah” yang terjadi beberapa hari lalu diyakini berkaitan erat dengan karakter geologis Pulau Hormuz. Pulau ini dijuluki Pulau Pelangi karena memiliki lapisan tanah berwarna-warni, mulai dari merah, oranye, kuning, hingga ungu.

Tanah merah khas Hormuz, dikenal secara lokal sebagai gelak, mengandung mineral oksida besi dalam kadar tinggi.

Ketika hujan turun deras, partikel tanah merah tersebut larut dan mengalir ke permukaan, menciptakan pemandangan dramatis: air hujan dan aliran permukaan berubah warna menjadi merah.

Dari kejauhan, fenomena itu tampak menyerupai hujan darah. Video dan foto-foto kejadian ini beredar luas di media sosial, memancing beragam reaksi, dari kekaguman hingga spekulasi mistis.

Bagi warga setempat dan para peneliti, fenomena tersebut bukanlah pertanda aneh. Justru, itulah manifestasi alam dari komposisi tanah Hormuz yang unik—tanah yang selama berabad-abad membentuk identitas pulau ini, bahkan menjadi bagian dari tradisi kuliner lokal.

Foto: Surfiran.com

Surga Alam di Tengah Teluk Persia

Keindahan alam Hormuz menjadi daya tarik utama pulau ini. Hamparan pegunungan berwarna-warni membentang di sebagian besar wilayah pulau. Pegunungan Pelangi menjadi ikon, tempat wisatawan dapat menyaksikan perpaduan warna alami yang jarang ditemui di belahan dunia lain.

Selain itu, terdapat Lembah Pelangi, Lembah Keheningan, dan Lembah Patung-Patung, kawasan bebatuan yang oleh imajinasi pengunjung kerap disamakan dengan bentuk hewan dan makhluk mitologi.

Pantai Perak dengan pasir berkilau dan Pantai Penyu, lokasi bertelurnya penyu pada akhir musim dingin hingga awal musim semi, melengkapi kekayaan lanskap Hormuz.

Perairan di sekitar pulau juga dikenal ideal untuk aktivitas menyelam. Terumbu karang dan biota laut Teluk Persia menjadikan Hormuz salah satu lokasi menyelam favorit, terutama bagi penyelam pemula.

Foto: Surfiran.com

Kaya Budaya dan Tradisi Lokal

Hormuz bukan hanya soal lanskap. Pulau ini juga menyimpan kehidupan budaya yang kuat. Penduduk lokal dikenal ramah dan menjaga tradisi turun-temurun. Arsitektur rumah-rumah warga, gang-gang sempit, hingga bangunan publik mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap iklim panas dan lembap.

Kuliner lokal menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman wisata. Makanan laut yang dimasak dengan saus khas berbahan tanah merah Hormuz menjadi ciri unik pulau ini. Saus tersebut diracik oleh para perempuan lokal, memadukan rempah dan gelak, menghasilkan rasa yang khas dan tak ditemukan di tempat lain.

Sebagai wilayah selatan Iran, Pulau Hormuz memiliki musim panas panjang dengan suhu ekstrem. Pada puncaknya, terutama Agustus, suhu bisa melampaui 46 derajat Celsius dengan kelembapan tinggi. Sebaliknya, musim gugur hingga musim semi menawarkan cuaca yang jauh lebih bersahabat.

Bulan November hingga Maret kerap dianggap waktu terbaik untuk berkunjung. Selain suhu yang lebih sejuk, wisatawan juga berpeluang menyaksikan fenomena alam khas, termasuk perubahan warna lanskap akibat hujan—seperti peristiwa “hujan darah” yang baru-baru ini terjadi.

Jejak Sejarah dari Marco Polo hingga Portugis

Sejarah Hormuz membentang panjang. Pulau ini dikenal sebagai Organa pada masa Yunani kuno dan Jarun pada era Islam. Nama Hormuz diambil dari kota pelabuhan penting di daratan utama. Penjelajah dunia seperti Marco Polo dan Ibn Battuta pernah singgah di kawasan ini.

Foto: Surfiran.com

Pada abad ke-15, Selat Hormuz menjadi jalur penting armada Tiongkok yang dipimpin Laksamana Zheng He. Tahun 1507, Portugis merebut pulau ini dan membangun benteng yang kini dikenal sebagai Benteng Portugis atau Benteng Bunda Maria. Kekuasaan Portugis berakhir pada 1622 setelah pasukan gabungan Inggris-Persia merebut kembali Hormuz.

Seiring berkembangnya Bandar Abbas di daratan, Hormuz sempat mengalami kemunduran. Namun, pada akhir abad ke-20, pulau ini kembali bangkit sebagai destinasi wisata unggulan Iran selatan.

Wisata Hemat dengan Pengalaman Berkelas

Mengunjungi Hormuz relatif terjangkau. Banyak objek wisata tidak memungut tiket masuk. Akomodasi tersedia dalam berbagai pilihan, mulai dari hotel bintang tiga hingga eco-lodge yang menawarkan pengalaman tinggal bersama warga lokal. Bahkan, berkemah di pantai masih dimungkinkan dengan memperhatikan pasang surut laut.

Pulau ini memang tidak memiliki bandara. Wisatawan biasanya terbang ke Bandar Abbas atau Qeshm, lalu melanjutkan perjalanan laut menuju Hormuz.

Fenomena “hujan darah” beberapa hari lalu seolah menjadi pengingat bahwa Pulau Hormuz bukan sekadar destinasi wisata, melainkan laboratorium alam terbuka. Tanah merah, laut biru, dan sejarah panjang berpadu menciptakan lanskap yang dramatis dan sarat makna.

Foto: Surfiran.com

Di tengah perhatian dunia terhadap Selat Hormuz sebagai jalur energi global, pulau kecil ini menawarkan wajah lain: keindahan alam yang liar, budaya yang hangat, dan fenomena alam yang terus memantik decak kagum. Bagi mereka yang berani menjelajah di luar rute wisata mainstream, Hormuz adalah pengalaman yang sulit dilupakan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *