Kandi dan Becak Terakhirnya

kandi
Kandi mendapatkan bantuan becak listrik dari Presiden Prabowo Subianto. Foto: Tim Media Prabowo Subianto

RISKS.ID – Di usia yang telah melewati 65 tahun, hidup sering kali menawarkan perjalanan yang lebih lambat, lebih tenang, dan penuh jeda untuk mengenang masa lalu.

Namun bagi Kandi, seorang penarik becak yang tubuhnya telah renta oleh waktu, pagi hari masih berarti kaki yang harus melangkah, tangan yang harus mencengkeram setang, dan punggung yang harus menunduk menghadapi beban hidup yang tak kunjung pergi.

Setiap hari selama puluhan tahun, peluhnya jatuh di atas sadel becak; matahari menjadi saksi bisu bagaimana laki-laki tua itu menukar kekuatan terakhirnya demi sesuap nasi untuk keluarganya.

Hidupnya sederhana, bangun ketika banyak orang masih tertidur, berjalan di gelap dini hari menuju Pasar Induk Tanah Tinggi, dan menunggu para pedagang yang membutuhkan angkutannya.

Sejak pukul 02.30 dini hari, ketika sebagian warga baru memutuskan untuk mematikan lampu kamar, Kandi sudah berdiri menanti rezeki. Di tangan tuanya yang berurat, beban barang bawaan orang-orang pasar berpindah, seakan tubuh itu tak pernah meminta waktu untuk beristirahat.

Namun, Selasa (18/11) itu berbeda. Ada sesuatu yang berubah dalam hidup seorang lelaki yang selalu menunduk oleh kenyataan hidup, sebentuk harapan beroda tiga.

Hadiah yang Mengubah Napas Hidup

“Saya gembira sekali. Alhamdulillah… ini sangat membantu buat menafkahi keluarga,” ujarnya dengan suara yang bergetar, antara syukur dan kelelahan.

Untuk pertama kalinya setelah lebih dari 30 tahun mengayuh becak, Kandi bisa duduk lebih tegak. Dia tak lagi harus memaksa betisnya mengayuh becak menanjak sambil menahan napas.

Becak listrik pemberian Presiden Prabowo Subianto, yang disalurkan melalui Dinas Sosial Kota Tangerang, menjadi anugerah yang tak pernah dibayangkannya.

“Maklum saya ini semakin tua…” lanjutnya.

Kalimat itu begitu sederhana, tapi di dalamnya ada ratusan malam berisi letih, ada tahun-tahun penuh kerja keras yang tak diingat siapa pun kecuali tubuhnya sendiri.

Dengan becak listrik itu, Kandi bisa menarik gas, hanya sesekali mengayuh bila beban terlalu berat. Sederhana, tetapi perbedaan itu adalah jarak antara hidup yang terus menekan dan hidup yang mulai memberi kelonggaran.

Tiga Dekade Menyusuri Jalan yang Sama

Kandi bukan pendatang baru di dunia perbecakan. Dia mengayuh becak sejak masih muda di Bogor, lalu pindah ke Tangerang pada 1995. Banyak hal berubah sejak itu—pasar semakin besar, bangunan semakin tinggi, teman-teman seprofesinya satu per satu tumbang karena usia. Namun satu hal yang tidak berubah, Kandi tetap harus bekerja.

Di rumahnya yang tak jauh dari RS Sitanala—rumah sakit khusus penyakit kusta yang pernah dikunjungi Lady Diana pada 1989—ia bangun setiap malam ketika udara masih penuh embun. Ia menyiapkan dirinya menuju pasar, tempat ia menggantungkan harapan untuk lima anaknya.

“Saya mangkal sampai jam 10 pagi biasanya,” ujarnya.

Setelah itu, tubuh renta itu pulang membawa uang yang ia sendiri tak pernah tahu cukup atau tidak, tetapi ia tetap tersenyum di depan pintu rumah, menyembunyikan lelahnya dari keluarga.

Ketika Bantuan Menemukan Orang yang Tepat

Kandi adalah satu dari 160 penarik becak lansia di Kota Tangerang yang mendapatkan becak listrik. Bantuan ini merupakan bagian dari program Presiden Prabowo yang telah menyalurkan sekitar 1.000 unit becak listrik di berbagai kota Pulau Jawa.

Jumlah itu bukan angka yang berdiri sendiri; ada kisah yang menempel di setiap unit. Ada tubuh renta seperti Kandi. Ada napas yang kini tidak lagi terengah-engah. Ada kehidupan yang pelan-pelan dibuat lebih ringan.

Di Kendal, Demak, Jepara, Pati, Kudus, hingga Rembang, ratusan lansia kini memiliki teman baru bernama becak listrik. Di Indramayu dan Tangerang, raut wajah para pengayuh becak berubah dari cemas menjadi lega, meski kebahagiaan mereka sering kali sunyi.

Presiden menargetkan distribusi hingga 10 ribu unit tahun ini, dan 30 ribu unit pada 2026. Impiannya sederhana namun besar: mengganti seluruh becak di Indonesia menjadi becak bermotor listrik.

“Semua becak harus pakai motor listrik,” ujar Presiden Prabowo, menyiratkan optimisme yang ingin ia bawa hingga ke sudut-sudut kota yang selama ini luput dari cahaya perhatian.

Harapan yang Pergi dan Datang Kembali di Usia Senja

Kandi kini menghadapi hidup dengan cara yang berbeda. Ia masih harus bangun dini hari. Ia masih berada di Pasar Induk Tanah Tinggi hingga pagi menjelang. Ia masih memikul dan mengangkut barang. Tetapi langkahnya kini lebih ringan. Punggungnya tidak lagi menunduk sedalam dulu. Tangannya tidak lagi harus berperang melawan kaki yang melemah.

Di usia 65 tahun, ketika banyak orang menghabiskan waktu di rumah bersama cucu, Kandi masih berada di jalanan. Tapi kini, ada sedikit kenyamanan. Ada setitik rasa dihargai. Ada perasaan bahwa negara tidak sepenuhnya lupa pada orang-orang kecil seperti dirinya.

Ia memandang becak listrik yang kini dimilikinya—bodinya yang mengilap, suara mesinnya yang halus, dan peluang baru yang dibawanya. Di balik mata tuanya, ada air bening yang ditahan. Bukan karena kesedihan, melainkan karena akhirnya ia merasa hidupnya sedikit lebih mudah, meski hanya sedikit.

Kadang, kebahagiaan tidak datang dalam gemerlap besar. Ia datang dalam bentuk becak tiga roda yang bergerak perlahan, menemani seorang lelaki tua menyusuri sisa perjalanan hidupnya, tanpa harus terus berperang melawan lelah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *