Akari, Rahasia Meracik Teh ala Jepang dan Keanggunan Perempuan Hokkaido

teh jepang

RISKS.ID – Aroma teh hangat menyeruak lembut dari sebuah rumah bernuansa kayu di kawasan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Di sinilah Akari Setyabudi, perempuan asal Hokkaido, Jepang yang menetap di Indonesia setelah menikah dengan Agung Setyabudi, memperkenalkan rahasia meracik teh ala Jepang, sebuah tradisi yang dia bawa jauh dari kampung halamannya di utara Jepang sana.

Senyum Akari sangat hangat, khas wanita Jepang yang sangat santun. Tangannya lentik dan cekatan. Setiap gerakan yang dia lakukan terasa pelan namun penuh ketelitian.

Bacaan Lainnya

“Di Jepang, membuat teh bukan hanya soal minuman. Ini tentang merawat hati,” ujar Akari sambil menuangkan air panas ke dalam poci tanah liat kecil yang ia bawa langsung dari Hokkaido.

Pagi itu, penulis mendapat undangan tea time kecil bersama Agung, Akari, dan dua kolega dari Jakarta. “Hanya minum teh dan makanan kecil,” kata Agung, pria tampan yang juga seorang artitek itu.

Bagi Akari, rahasia pertama teh Jepang justru bukan pada daunnya, melainkan pada air. Akari dan keluarganya selalu menggunakan air mineral dengan tingkat mineral yang rendah, agar rasa asli teh tidak berubah.

“Air yang terlalu keras bisa membuat teh pahit. Di Hokkaido, kami mencari mata air yang lembut. Di Kota Batu ini, saya menemukan air pegunungan yang rasanya mirip dengan di Hokkaido,” ungkapnya.

Saat banyak orang terbiasa menyeduh teh dengan air mendidih, Akari justru menahan tangannya. Ia menunggu hingga air turun suhu ke sekitar 70–80 derajat Celsius.

“Untuk teh hijau Jepang, air panas berlebihan adalah kesalahan terbesar. Teh akan terasa pahit dan kehilangan aroma lembutnya,” katanya sambil tersenyum.

Takaran Teh, Sedikit Tapi Bermakna

Akari mengambil secuil daun teh Jepang dari sebuah wadah bambu. Tak banyak. Hanya sekitar satu sendok kecil.

“Di Jepang, kami percaya teh bukan disesap karena kuantitas, tapi kualitas. Sedikit saja sudah cukup kalau rasanya benar,” jelasnya.

Menurutnya, cara ini juga membuat orang lebih menghargai setiap tegukan, sebuah filosofi yang ia sebut ichigo ichie, satu momen yang tidak akan terulang.

Yang menarik, Akari tidak langsung menyajikan hasil seduhan pertama. Dia justru membuangnya.

“Seduhan pertama ini untuk ‘membangunkan’ daun teh,” katanya. “Di Jepang, kami percaya daun harus dicuci dulu dengan air hangat agar aroma terbaiknya keluar.”

Baru setelah itu, ia menyeduh untuk kedua kalinya dan menyajikannya perlahan dalam cawan kecil.

Teh dan Kehidupan di Kota Batu

Sejak tinggal di Kota Batu, Akari merasa menemukan kembali ketenangan yang mengingatkannya pada Hokkaido. Udaranya yang dingin, lanskap pegunungan, serta ritme hidup yang tidak terburu-buru, membuatnya ingin berbagi tradisi teh Jepang kepada masyarakat Indonesia.

“Banyak orang di sini suka teh manis. Tidak apa-apa, itu budaya Indonesia. Saya juga suka,” ujar Akari sambil tertawa. “Tapi saya ingin memperkenalkan teh Jepang yang ringan, pahit lembut, dan menenangkan hati.”

Ia sering mengadakan sesi tea time kecil di rumahnya, mengundang tetangga dan teman-teman Agung. Bukan kelas formal, hanya percakapan hangat sambil menyesap teh dan kue-kue kecil buatan Akari.

“Jika senggang, saya suka bikin Mochi, Daifuku, Dorayaki, Taiyaki, Manju, Dango, Anmitsu, Uiro, atau Yokan,” kata wanita kelahiran 1994 itu.

Teh Sebagai Penghubung Dua Budaya

Agung, suaminya, mengaku justru jatuh cinta pada Jepang bukan lewat anime atau kuliner ramen, melainkan lewat tradisi teh yang dibawa istrinya.

“Rasanya seperti meditasi. Pelan, sunyi, tapi menenangkan,” ujar Agung.

Bagi keduanya, secangkir teh adalah simbol pertemuan dua budaya, Jepang yang lembut dan presisi, Indonesia yang hangat dan penuh cerita.

“Di Jepang kami bilang, orang yang bisa membuat teh dengan benar, bisa menjalani hidup dengan lebih hati-hati,” katanya.

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang serbacepat, Akari mengingatkan bahwa mungkin kita hanya perlu berhenti sebentar, menyeduh teh perlahan, dan mendengarkan diri sendiri.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *