RISKS.ID – Pertamina Patra Niaga resmi memasok 100 ribu barel bahan bakar minyak (BBM) ke jaringan SPBU Vivo. Penyaluran ini merupakan tindak lanjut kesepakatan Business to Business (B2B) untuk pemenuhan pasokan bagi badan usaha swasta yang mengalami keterbatasan impor.
“Penyaluran pasokan BBM untuk BU swasta Vivo ini sebanyak 100 ribu barel yang akan digunakan untuk SPBU-SPBU Vivo. Sebelumnya pada tahap pertama juga telah disalurkan pasokan BBM kepada PT APR (BP-AKR) sebanyak 100 ribu barel,” ujar Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, dikonfirmasi dari Jakarta, Senin (24/11).
Tindak Lanjut Arahan Menteri ESDM
Roberth menjelaskan langkah ini merupakan tindak lanjut arahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia terkait pemenuhan pasokan BBM bagi badan usaha swasta yang sudah kehabisan kuota impor.
Pertamina Patra Niaga menegaskan komitmennya menjaga pasokan energi bagi masyarakat sekaligus memastikan proses pemenuhan dilakukan transparan, sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Proses B2B Mengikuti Standar Compliance
Menurut dia, kolaborasi dengan badan usaha swasta menunjukkan bahwa menjaga energi nasional tidak bisa dilakukan sendiri.
“Ini bukti nyata bahwa menjaga energi adalah kerja bersama demi ketahanan energi nasional,” tegasnya.
Penyaluran pasokan tersebut melalui serangkaian proses B2B dengan standar kepatuhan. Mulai dari negosiasi volume kebutuhan, tender pemasok dengan prinsip GCG, konfirmasi berulang dengan Vivo, join surveyor, hingga mekanisme open book dalam negosiasi komersial. Semua dilanjutkan dengan proses bongkar muat dan pendistribusian ke SPBU Vivo.
BBM Telah Memenuhi Standar
Komoditas BBM yang dipasok juga telah memenuhi seluruh persyaratan teknis yang diminta Vivo sebagai bagian tindak lanjut arahan pemerintah.
“Bagi kami pemenuhan energi untuk masyarakat adalah prioritas utama, energi adalah penggerak produktivitas masyarakat. Kami akan terus berupaya memastikan pasokan BBM tetap aman, berkualitas, dan mudah dijangkau demi ketahanan energi nasional,” ujar Roberth.





