RISKS.ID – Peresmian pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat, tidak hanya menandai komitmen investasi besar-besaran, tetapi juga mengungkap strategi utama mereka: mendominasi pasar kendaraan listrik roda dua di Indonesia.
Yang mengejutkan, fasilitas yang dibangun hanya dalam 17 bulan itu akan mulai memproduksi e-scooters pada tahun depan. Ini lebih dari sekadar perluasan produk; ini adalah sinyal bahwa VinFast melihat potensi terbesar transformasi mobilitas listrik Indonesia justru ada di sektor roda dua.
Pasar Roda Dua: Jantung Mobilitas Nasional
Alasan di balik strategi ini jelas. Indonesia adalah kerajaan sepeda motor. Kendaraan ini adalah tulang punggung transportasi jutaan keluarga, dari jalan protokol ibu kota hingga ke gang-gang sempit.
Data pasar memperkuat realita ini: nilai pasar roda dua Indonesia diproyeksi mencapai USD 12,46 miliar pada 2030, dengan sepeda motor menyumbang lebih dari 78% pengiriman kendaraan bermotor.
Meski motor konvensional masih mendominasi, gelombang elektrifikasi mulai bergerak. Faktor pendorongnya beragam: insentif pemerintah, kesadaran lingkungan, hingga kenaikan harga BBM.
Pemerintah sendiri telah menetapkan target ambisius 13 juta unit sepeda motor listrik di jalanan pada 2030, didukung oleh paket subsidi, insentif pajak, dan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Logika Bisnis yang Jelas bagi VinFast
Dengan memasuki pasar roda dua listrik, VinFast langsung menempatkan diri di episentrum mobilitas Indonesia. Langkah ini lebih dari sekedar memanfaatkan insentif.
Ini adalah penetrasi ke segmen yang paling siap bertransisi ke listrik, mengingat biaya kepemilikan total (total cost of ownership) skuter listrik di kota-kota seperti Jakarta dan Bali sudah semakin kompetitif.
Dengan berproduksi lokal di Subang, VinFast juga dapat memenuhi persyaratan TKDN, menekan biaya, dan membangun rantai pasok dalam negeri. Ini memberi mereka keunggulan strategis jangka panjang dibandingkan pemain yang masih mengimpor secara utuh (CBU).
Tantangan dan Peluang di Jalan Berliku
Meski peta jalannya jelas, tantangan di lapangan masih ada. Penyerapan insentif oleh konsumen belum merata, dan pembangunan infrastruktur pengisian daya masih perlu dipercepat. Namun, arah kebijakan pemerintah yang konsisten memberi kepastian bagi investor seperti VinFast.
Keputusan VinFast untuk memulai dengan e-scooter di pabrik Subang adalah langkah cerdas. Mereka tidak hanya membangun pabrik, tetapi membangun posisi di pasar yang paling memahami denyut nadi transportasi Indonesia.





