TANGERANG SELATAN – Di tengah maraknya budaya makanan cepat saji, dari burger menggoda, kentang goreng renyah, hingga minuman bergula yang menyegarkan, terselip satu pertanyaan penting: apa yang sebenarnya terjadi pada otak jika terlalu sering tergoda pada makanan tersebut?
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pola makan tinggi lemak jenuh dan gula halus tidak hanya berdampak pada berat badan atau risiko penyakit kronis, tetapi juga dapat “mengacaukan” kemampuan otak dalam menavigasi lingkungan. Ya, sistem GPS alami otak, kemampuan untuk mengingat rute, lokasi, dan orientasi, ternyata bisa ikut tersesat.
Riset dari University of Sydney, dikutip Medical Daily, menemukan bahwa pola makan yang didominasi fast food dapat mengganggu kemampuan otak memetakan lokasi dan orientasi.
Dalam eksperimen menggunakan labirin virtual bertanda (landmark), partisipan yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan gula halus kesulitan mengingat posisi “harta karun” setelah beberapa kali percobaan. Mereka juga lebih lemah saat harus menandai lokasi dari ingatan dibandingkan peserta dengan pola makan lebih sehat.
Bagian otak yang paling terpengaruh adalah hippocampus, wilayah yang berperan penting dalam pembentukan memori dan navigasi spasial. Gangguan pada hippocampus dapat menyebabkan kesulitan mengenali jalan, kehilangan orientasi, bahkan di lingkungan yang seharusnya sudah akrab.
Kabar baiknya, efek ini tidak bersifat permanen. Para peneliti menyebut bahwa otak manusia mampu pulih bila dilakukan intervensi diet, seperti mengurangi konsumsi gula dan lemak jenuh serta meningkatkan asupan nutrisi yang mendukung kesehatan otak. Dengan pola makan lebih seimbang, kemampuan navigasi dan ingatan spasial dapat membaik kembali.
Temuan ini menyoroti bahwa kerentanan terhadap gangguan kognitif mulai muncul pada masa awal dewasa—periode ketika fungsi otak biasanya masih optimal. Karena itu, perubahan gaya hidup sehat sejak dini akan memberi dampak besar bagi kualitas hidup di masa depan, baik secara fisik maupun mental.
Fast food memang menggoda: praktis, murah, dan memanjakan lidah yang menginginkan kelezatan instan. Namun, patut dipertanyakan, seberapa sering Anda rela mengorbankan “navigasi pikiran” demi sekotak burger atau seporsi kentang goreng?
Jika terus-menerus memilih makanan cepat saji, sarat gula, dan lemak jenuh, bisa jadi Anda sedang membiarkan otak perlahan tersesat tanpa disadari.
Artikel Peneliti Temukan Fast Food Dapat Ganggu Fungsi ‘GPS’ Otak pertama kali tampil pada tangselxpress.com.
tangselxpress.com