JAKARTA- Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Riefky berpendapat perbaikan kualitas institusi menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) penting bagi Pemerintahan Prabowo Subianto untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Pasalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode Pemerintahan Prabowo, yakni 2025-2029, stagnan pada level 5,1 persen. Proyeksi itu jauh di bawah target Prabowo yang mengincar angka 8 persen.
“Apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk menggenjot ini? Salah satu yang utama adalah perbaikan kualitas institusi. Ini penting untuk meningkatkan dan menciptakan iklim bisnis dan investasi yang lebih kondusif,” kata Riefky saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Dia melanjutkan, perbaikan institusi dapat mendorong produktivitas hingga penciptaan lapangan kerja. Hal ini diyakini dapat menjadi salah satu pendongkrak kinerja ekonomi hingga mencapai pertumbuhan 8 persen.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu memperhatikan rasio pajak dan kualitas belanja. Dengan mendorong kedua hal ini, dampak terhadap pertumbuhan ekonomi disinyalir bakal positif.
“Saya rasa itu beberapa kunci yang harus dilakukan untuk bisa tumbuh lebih tinggi lagi,” ujarnya pula.
Proyeksi IMF itu tertuang dalam laporan terbarunya berjudul World Economic Outlook edisi Oktober 2024. IMF memprediksi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 5 persen, dan bergerak stagnan hingga 2029 di level 5,1 persen.
IMF juga memproyeksikan inflasi Indonesia stabil pada level 2,3 persen, neraca transaksi berjalan -1,0 persen, dan tingkat pengangguran 5,2 persen pada tahun ini.
Selain Riefky, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti juga memfokuskan investasi sebagai solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, dibutuhkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sekitar level 4.
ICOR adalah rasio yang menunjukkan efisiensi investasi suatu negara dalam menghasilkan output ekonomi. Makin rendah nilai ICOR, artinya investasi yang dikeluarkan lebih efisien dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sementara ICOR Indonesia saat ini berada di sekitar level 6, yang mengindikasikan masih perlunya upaya meningkatkan efisiensi investasi.