Bill Gates Peringatkan Dampak Buruk AI Terhadap Gen Z

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dinilai berpotensi menggeser sejumlah pekerjaan manusia di masa depan. Para pencari kerja, terutama dari Generasi Z (Gen Z), diprediksi akan menjadi kelompok yang paling awal terdampak oleh gelombang disrupsi teknologi ini. (Foto: Ilustrasi/Getty Images)

JAKARTA, RISKS.ID – Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dinilai berpotensi menggeser sejumlah pekerjaan manusia di masa depan. Para pencari kerja, terutama dari Generasi Z (Gen Z), diprediksi akan menjadi kelompok yang paling awal terdampak oleh gelombang disrupsi teknologi ini.

Pendiri Microsoft, Bill Gates, menyatakan kekhawatirannya terhadap nasib Gen Z dalam menghadapi perubahan dunia kerja akibat perkembangan AI. Meski menyebut AI sebagai hal yang “menyenangkan sekaligus memberdayakan,” Gates menekankan pentingnya adaptasi terhadap teknologi tersebut.

“AI harus diterima dan dipelajari. Itu sangat, sangat penting. Tapi, tidak menjamin kita tidak akan menghadapi dislokasi besar,” ujar Gates, dikutip dari Yahoo, Jumat (8/8/2025).

Ia juga menyarankan para lulusan baru untuk terus memupuk rasa ingin tahu, membaca, dan memanfaatkan perangkat terbaru guna tetap relevan.

40 Pekerjaan Terancam Digantikan AI

Sementara itu, laporan terbaru Microsoft mengidentifikasi setidaknya 40 jenis pekerjaan yang dinilai rentan tergantikan oleh AI. Pekerjaan-pekerjaan tersebut utamanya berada di bidang penulisan, analisis, dan teknologi.

Dalam laporan itu, profesi seperti jurnalis, penulis, serta ahli komputer dan matematika mencatat skor tertinggi dalam keterkaitan dengan kemampuan AI untuk menggantikan tugas-tugas mereka.

Namun demikian, peneliti senior Microsoft, Kiran Tomlinson, menegaskan bahwa teknologi ini lebih tepat dilihat sebagai alat yang mengubah cara kerja, bukan sepenuhnya menggantikan peran manusia.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa AI mendukung berbagai tugas, terutama yang berkaitan dengan riset, penulisan, dan komunikasi, tetapi belum bisa sepenuhnya menjalankan satu profesi secara utuh. Karena itu, pemahaman akan dampak sosial dan ekonomi dari AI perlu terus dikembangkan,” jelas Tomlinson.

Gen Z Hadapi Tantangan Serius di Dunia Kerja

Tekanan AI terhadap pasar kerja juga tercermin dalam penurunan drastis jumlah lowongan kerja tingkat pemula (entry level) di Amerika Serikat (AS) yang anjlok sekitar 35% sejak Januari 2023. Generasi Z pun semakin sulit memperoleh pekerjaan, terutama mereka yang baru lulus dari perguruan tinggi. Survei terbaru menunjukkan bahwa 49% pencari kerja dari kalangan Gen Z merasa “daya tawar” gelar pendidikan mereka menurun akibat perkembangan AI. Bahkan, tingkat pengangguran lulusan baru di AS telah menembus angka 6% selama 12 bulan terakhir, lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran nasional yang stabil di kisaran 4%.

Di berbagai platform media sosial, banyak Gen Z mengeluhkan sulitnya mendapat pekerjaan dan menumpahkan frustrasi mereka atas banyaknya email penolakan dari perusahaan.

AI dinilai telah mulai menggantikan peran manusia dalam pekerjaan-pekerjaan awal, dan dampaknya dirasakan lintas sektor industri. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *