RISKS.ID – Pasar properti di Jakarta diprediksi memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan. Proyeksi itu disampaikan perusahaan konsultan global CBRE yang menilai keterbatasan pasokan baru justru menjadi pendorong stabilnya permintaan, terutama di segmen premium.
“Pasar properti Jakarta memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan. Pasokan baru yang terbatas di segmen primer akan mendukung stabilitas okupansi dan sewa. Sementara perluasan ritel berbasis logistik tetap menjadi pendorong utama,” ujar Managing Director CBRE – Advisory Services Indonesia, Angela Wibawa, dalam media briefing di Jakarta, Senin (18/11).
Angela menegaskan CBRE bakal memperluas kehadiran di Indonesia, seiring ekonomi nasional yang menunjukkan momentum positif. Perusahaan menargetkan bisa membantu klien lokal maupun internasional dalam membaca dinamika pasar properti yang semakin cepat berubah.
Ia juga menyoroti pesatnya transformasi digital dan penggunaan layanan cloud di Asia Tenggara, yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar pusat data paling prospektif.
“Indonesia kini menempati peringkat kedua untuk kapasitas pipa pusat data di kawasan. Pasokan diperkirakan tumbuh sekitar 40 persen dalam waktu dekat. Ini menegaskan pentingnya lahan industri dan infrastruktur listrik untuk menunjang ekonomi digital,” jelasnya.
Ekonomi Stabil Jadi Fondasi Keputusan Investasi
Head of Research & Consultancy CBRE Indonesia, Anton Sitorus, menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir bertahan di kisaran 5 persen. Momentum serupa diperkirakan berlanjut hingga 2027.
Menurutnya, target ambisius pemerintah untuk mencapai pertumbuhan 6–8 persen pada 2029 mencerminkan optimisme terhadap prospek jangka panjang.
“Stabilitas ini lebih dari sekadar angka. Ini adalah landasan bagi keputusan properti, mulai dari ekspansi perusahaan multinasional hingga investasi lokal,” ujar Anton.
Ia juga menjelaskan bahwa mal-mal di Jakarta kini berkembang menjadi destinasi gaya hidup. Konsep retailtainment mendorong pusat perbelanjaan menghadirkan pengalaman baru dengan menggabungkan belanja, hiburan, budaya, hingga ruang sosial.
“Mal-mal premium tetap menjadi pemimpin kinerja dengan dukungan portofolio merek yang kuat. Sementara mal kelas menengah mulai berinovasi lewat aktivasi dan acara yang relevan dengan audiens digital saat ini,” jelasnya.
Perkantoran Fokus pada Kualitas dan Keberlanjutan
Co-Head of Office Services CBRE Indonesia, Judy Sinurat, mengatakan sektor perkantoran juga mengalami transformasi. Perusahaan kini lebih mengutamakan kualitas gedung, aspek keberlanjutan, hingga fleksibilitas ruang.
“Menara dengan sertifikasi hijau dan fasilitas modern sangat diminati. Penyewa mencari ruang yang mampu mencerminkan nilai perusahaan sekaligus mendukung kesejahteraan karyawan,” ujarnya.
Co-Head of Office Services lainnya, Albert Dwiyanto, menyebut kawasan CBD Jakarta saat ini memiliki stok gedung 7,1 juta meter persegi. Tingkat okupansi berada di kisaran 75 persen, dengan tarif sewa rata-rata Rp 170 ribu per meter persegi per bulan.
“Pasokan baru sangat terbatas, hanya sekitar 188 ribu meter persegi hingga 2028. Kekurangan ini sudah mendorong kenaikan sewa, terutama di gedung premium, dan memperkuat tren flight-to-quality,” terang Albert.
Industri dan Logistik Menanjak
Head of Industrial & Logistics Services CBRE Indonesia, Ivana Susilo, menilai permintaan lahan industri dan pusat logistik terus meningkat seiring pesatnya e-commerce serta berkembangnya ekosistem manufaktur kendaraan listrik.
“Tingkat okupansi kawasan industri dan pusat logistik utama tetap tinggi. Harga lahan dan tarif sewa logistik pun relatif stabil, tetapi tekanan meningkat karena pasokan sulit mengejar permintaan,” jelas Ivana.
Dengan berbagai indikator tersebut, CBRE menilai pasar properti Indonesia—khususnya Jakarta—berada pada jalur pertumbuhan yang solid. Kombinasi pasokan terbatas, tren digitalisasi, serta stabilitas ekonomi diprediksi akan menjadi pendorong utama pergerakan sektor properti dalam beberapa tahun mendatang.





