Efektivitas Pengawasan dalam Implementasi Good Corporate Governance di Danantara: Tantangan dan Solusi

KEBERHASILAN sebuah perusahaan kini tidak hanya ditentukan oleh seberapa besar keuntungan yang diperoleh, tetapi juga dari sejauh mana komitmennya terhadap integritas, transparansi, dan akuntabilitas. Skandal keuangan, krisis kepercayaan publik terhadap institusi bisnis, serta meningkatnya tuntutan dari para pemangku kepentingan telah memperkuat urgensi penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara efektif.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Corporate Governance merupakan struktur dan proses yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola perusahaan dalam rangka mencapai pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan akuntabilitas korporasi, dengan tujuan menciptakan nilai jangka panjang dan memperhatikan kepentingan seluruh pemangku kepentingan.

Salah satu entitas yang berkomitmen menerapkan prinsip GCG adalah Danantara atau  Daya Anagata Nusantara, yaitu lembaga pengelola investasi strategis yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2025. Dengan nama yang mencerminkan kekuatan masa depan Indonesia—“Daya” berarti energi, “Anagata” berarti masa depan, dan “Nusantara” merujuk pada Indonesia—Danantara dibuat untuk mengonsolidasikan dan mengoptimalkan aset negara secara profesional dan berkelanjutan.

Sebagai institusi yang memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional, Danantara membangun struktur organisasi yang profesional dan menerapkan kebijakan berbasis transparansi, akuntabilitas, dan integritas. Namun dalam implementasinya, tantangan dalam fungsi pengawasan tetap menjadi hambatan, seperti terbatasnya independensi pengawas, lemahnya sistem pelaporan, dan budaya kepatuhan yang belum sepenuhnya terbentuk. Kondisi ini menekankan kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas fungsi pengawasan agar penerapan prinsip GCG bukan hanya bersifat formalitas, melainkan benar-benar terlaksana secara substansial dan berkelanjutan.

Definisi dan Tujuan Pengawasan dalam GCG

Pengawasan dalam Good Corporate Governance adalah sistem menyeluruh untuk mengawasi, mengevaluasi, dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan agar berjalan sesuai dengan aturan tata kelola yang baik.

Sistem pengawasan ini bekerja melalui struktur organisasi dengan membentuk badan pengawas yang independen, melalui prosedur dengan menerapkan kebijakan dan aturan kerja yang jelas, dan melalui budaya perusahaan yang menekankan kejujuran dan keterbukaan dalam setiap aktivitas perusahaan.

Tujuan utama dari pengawasan ini adalah untuk menjamin kepatuhan terhadap hukum dan etika, melindungi kepentingan pemangku kepentingan, serta menilai dan mengawasi kinerja manajemen agar tetap berada dalam koridor integritas dan tanggung jawab. Pengawasan berperan dalam mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan perusahaan seperti fraud, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang, sekaligus membentuk budaya organisasi yang sehat dan transparan.

Studi Kasus: Pengawasan GCG yang Efektif — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI)

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) merupakan contoh yang menonjol dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang efektif. Salah satu aspek kunci dari pengawasan GCG di BSI adalah struktur organisasi yang jelas, di mana dewan komisaris dan direksi memiliki peran yang terdefinisi dengan baik. Dewan komisaris secara aktif mengawasi kebijakan manajemen, memastikan bahwa semua keputusan sejalan dengan prinsip syariah dan kepentingan pemangku kepentingan.

BSI juga menerapkan audit internal yang rutin, yang berfungsi untuk mendeteksi risiko dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi. Transparansi laporan keuangan menjadi prioritas, dengan laporan tahunan yang akuntabel dan diaudit oleh pihak independen, sehingga pemangku kepentingan dapat dengan mudah mengakses informasi yang relevan.

Selain itu, BSI mengadakan forum komunikasi dengan pemangku kepentingan, mendengarkan masukan dari nasabah dan investor untuk meningkatkan layanan. Dengan adanya Dewan Pengawas Syariah, BSI memastikan bahwa semua produk dan layanan yang ditawarkan sesuai dengan prinsip syariah. Melalui penerapan GCG yang efektif, BSI berhasil membangun reputasi yang kuat dan mempertahankan kinerja keuangan yang baik, menunjukkan bahwa tata kelola yang baik adalah kunci untuk keberlanjutan dan pertumbuhan perusahaan.

Studi Kasus: Pengawasan GCG yang Tidak Efektif — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, sebagai maskapai penerbangan nasional, telah lama menjadi sorotan dalam hal penerapan Good Corporate Governance (GCG). Meskipun perusahaan ini memiliki struktur GCG yang jelas, pengawasan yang tidak efektif telah mengakibatkan berbagai masalah, termasuk skandal keuangan dan penurunan reputasi.

Salah satu contoh nyata dari pengawasan GCG yang tidak efektif terjadi pada tahun 2020, ketika Garuda Indonesia menghadapi tantangan besar akibat pandemi COVID-19. Dalam situasi krisis ini, manajemen perusahaan mengambil keputusan yang kontroversial terkait pengeluaran dan investasi, yang tidak sepenuhnya transparan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai akuntabilitas dan integritas pengelolaan keuangan perusahaan.

Selain itu, laporan tahunan yang disampaikan kepada pemegang saham tidak mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Beberapa pemangku kepentingan mengungkapkan kekhawatiran tentang kurangnya komunikasi antara manajemen dan dewan komisaris, yang seharusnya berfungsi sebagai pengawas. Ketidakjelasan dalam pengambilan keputusan dan kurangnya transparansi ini menunjukkan bahwa meskipun struktur GCG ada, implementasinya tidak berjalan dengan baik.

Akibat dari pengawasan GCG yang tidak efektif ini, Garuda Indonesia mengalami penurunan kepercayaan dari investor dan pelanggan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya penerapan prinsip-prinsip GCG yang lebih ketat dan efektif, serta perlunya evaluasi berkala terhadap praktik-praktik yang ada untuk memastikan bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan mempertahankan reputasinya di pasar.

Analisis dan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas pengawasan GCG di Indonesia

Dari studi kasus PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, terlihat bahwa penerapan Good Corporate Governance (GCG) memiliki dampak signifikan terhadap kinerja dan reputasi perusahaan. BSI menunjukkan bahwa struktur organisasi yang jelas, transparansi, dan komunikasi yang baik dengan pemangku kepentingan dapat menghasilkan pengawasan GCG yang efektif. BSI menunjukkan bahwa pengawasan yang kuat dan sistem transparan menghasilkan kinerja positif dan kepercayaan tinggi.

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang efektif sangat penting bagi keberhasilan dan reputasi perusahaan di Indonesia, yang pada gilirannya mendukung kinerja keuangan yang solid dan kepercayaan publik.

Sebaliknya, Garuda Indonesia menunjukkan bahwa meskipun memiliki struktur GCG, pengawasan yang tidak efektif dapat menyebabkan masalah serius, termasuk skandal keuangan dan penurunan kepercayaan. Kegagalan GCG di Garuda Indonesia menunjukkan bahwa struktur yang lemah dan budaya perusahaan yang permisif terhadap pelanggaran bisa menyebabkan keruntuhan reputasi dan kerugian besar. Hal ini menekankan pentingnya implementasi prinsip-prinsip GCG yang ketat dan evaluasi berkala terhadap praktik yang ada.

Untuk meningkatkan efektivitas pengawasan GCG di Indonesia, perusahaan perlu fokus pada peningkatan pelatihan bagi anggota dewan, penguatan struktur organisasi, audit internal yang lebih kuat, transparansi laporan keuangan, forum komunikasi yang aktif, dan evaluasi berkala terhadap praktik GCG. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih baik, mempertahankan reputasi yang baik, dan meningkatkan kepercayaan dari semua pemangku kepentingan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pengawasan GCG di Indonesia antara lain:

  1. Kejelasan peran dan tanggung jawab antara dewan komisaris dan direksi sangat penting. 
  2. Laporan keuangan yang tidak akurat atau tidak transparan dapat merusak kepercayaan pemangku kepentingan. 
  3. Kurangnya komunikasi antara manajemen dan dewan komisaris dapat mengakibatkan keputusan yang tidak tepat dan kurangnya akuntabilitas.
  4. Pengawasan yang lemah terhadap kepatuhan terhadap regulasi dapat menyebabkan penyimpangan dan risiko hukum yang tinggi.

Berdasarkan analisis di atas, berikut beberapa langkah yang dapat diambil  untuk meningkatkan efektivitas pengawasan GCG di Indonesia:

  1. Manajemen harus berkomitmen untuk memberikan informasi yang jelas dan transparan mengenai keputusan strategis, terutama dalam situasi krisis.
  2. Meningkatkan frekuensi dan kualitas audit internal untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan akurasi laporan keuangan. 
  3. Menyediakan pelatihan yang lebih baik bagi anggota dewan komisaris dan manajemen mengenai prinsip-prinsip GCG, etika bisnis, dan tanggung jawab mereka. 
  4. Melakukan evaluasi berkala terhadap praktik GCG yang ada untuk memastikan bahwa perusahaan tetap mematuhi prinsip-prinsip GCG dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis.

Penulis:

Amanatillah

Andiny Apryany

Asep Ahmad Inayatulloh

Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Akuntansi

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Corporate Governance

Dosen Pengampu: Fery Citra Febriyanto S.E., M.M.

Artikel Efektivitas Pengawasan dalam Implementasi Good Corporate Governance di Danantara: Tantangan dan Solusi pertama kali tampil pada tangselxpress.com.

 tangselxpress.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *