RISKS.ID – Senin (17/11) pagi, suasana di SMP Negeri 4 Kota Bekasi terasa berbeda. Hiruk-pikuk murid yang biasanya memenuhi lorong berubah menjadi riuh kecil penuh antusiasme.
Yah, hari ini Presiden RI Prabowo Subianto datang berkunjung, bukan untuk memberikan pidato atau meresmikan gedung megah, tetapi untuk duduk bersama murid-murid di ruang kelas dan melihat langsung bagaimana teknologi baru mengubah cara mereka belajar.
Di salah satu kelas yang tengah mempelajari materi tentang zat asam, Presiden melangkah masuk ditemani Mendikdasmen Abdul Mu’ti. Para murid yang duduk rapi di bangku belajar tampak sesaat menahan napas, namun suasana cepat mencair ketika Presiden memilih duduk di antara mereka—seolah menjadi bagian dari kelas itu sendiri.
Di depan ruangan, sebuah interactive flat panel (IFP) atau smartboard menyala terang. Visual bergerak, animasi reaksi kimia muncul, dan guru menjelaskan langkah demi langkah dengan sentuhan jari. Presiden mengamati dengan fokus, sesekali tersenyum ketika para murid dengan percaya diri menjawab pertanyaan atau maju ke depan untuk mempresentasikan tugas.
Tepuk tangan bergaya “tepuk solid” menggema ketika salah satu siswa berhasil menyelesaikan penjelasannya. Presiden dan Mendikdasmen ikut memberikan tepuk solid yang sama—menandai momen kecil namun hangat yang membuat kelas itu terasa lebih dekat dan egaliter.
Dari kelas zat asam, Presiden bergerak ke ruangan lain. Kali ini pelajaran tentang siklus bulan tengah berlangsung. IFP kembali menjadi pusat perhatian. Tidak ada bingkai kusam atau kapur yang beterbangan; yang ada hanya layar digital dengan gambar bulan yang berputar perlahan, memperlihatkan fase demi fase dalam tampilan yang hidup.
Presiden kembali memilih duduk di bangku siswa. Ia mendengarkan dengan saksama penjelasan guru, lalu berbincang ringan dengan para murid. Di salah satu sudut kelas, seorang siswa mengaku menyukai olahraga tinju. spontan, Presiden mempraktikkan gaya bertinju kecil, membuat kelas pecah oleh tawa.
Guru-guru yang mendampingi tampak ikut merasakan energi baru. Teknologi yang tadinya hanya dikenal lewat brosur kini hadir nyata di depan mata, dan mereka merasakan bagaimana smartboard dapat mengubah metode pengajaran yang selama ini serba manual menjadi lebih interaktif.
Kunjungan ke SMP Negeri 4 Kota Bekasi itu bukan sekadar agenda rutin pemerintahan. Di balik senyum murid dan layar digital yang menyala, Presiden sekaligus meluncurkan penggunaan interactive flat panel (IFP) untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Smartboard ini dirancang bukan hanya menampilkan materi, tetapi menghadirkan pengalaman belajar dua arah—guru virtual bisa berinteraksi langsung dengan siswa, menanyakan pemahaman, bahkan membimbing latihan.
Perubahan ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 tentang revitalisasi satuan pendidikan dan percepatan digitalisasi pembelajaran. Targetnya ambisius: setiap kelas di Indonesia memiliki smartboard sebagai fasilitas standar.
Di lapangan, distribusi perangkat berjalan masif. Tahun ini, 288.000 unit smartboard dijadwalkan dikirim ke 330 ribu sekolah. Hingga hari kunjungan itu, 215.572 unit telah dikirim, dengan 172.550 sudah tiba di sekolah, dan sekitar 43.022 masih dalam perjalanan. Pemerintah menargetkan seluruhnya tiba pada Desember 2025.
Di akhir kunjungan, Prabowo kembali menyapa siswa satu per satu. Senyum polos, jabatan tangan kecil, dan sorot mata penasaran murid-murid tampak menjadi energi tersendiri bagi sang Presiden.
Di kelas itu, teknologi bukan sekadar alat. Ia menjadi jembatan baru antara guru dan murid, antara ruang belajar dan masa depan. Dan di tengah semua itu, Presiden duduk seperti seorang tamu yang ingin memastikan bahwa perjalanan menuju sekolah digital benar-benar memberi manfaat bagi generasi yang akan datang.
Suara anak-anak, layar digital, dan pendidikan yang bergerak ke era baru. “Keren Pak Prabowo….”





