JAKARTA – Dokter spesialis jantung yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr Bambang Widyantoro, SpJP(K), PhD, membagikan kiat diet bagi pasien hipertensi salah satunya pembatasan konsumsi garam membantu mengontrol tekanan darah pasien.
“Konsumsi garam, ini sangat berperan pada terkontrolnya tekanan darah,” kata dia dalam konferensi pers “Pengabdian Dokter Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia untuk Morotai, Dari Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular Sampai Pencegahan Stunting” di Jakarta, Senin.
Garam banyak mengandung natrium. Merujuk pada pedoman PERKI, asupan natrium hendaknya dibatasi dua gram per hari atau setara dengan lima gram (satu sendok teh) garam dapur.
Bagi pasien hipertensi, asupan natrium dibatasi lebih rendah lagi, menjadi 1,5 gram per hari atau 3,5 – 4 gram garam per hari.
Selain tentang asupan garam, Bambang yang berpraktik di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita itu menyarankan pasien hipertensi menghindari makanan mengandung banyak lemak, tetapi memperbanyak asupan sayuran, buah serta kacang-kacangan.
Tak hanya makanan, pasien hipertensi pun disarankan menjaga berat badan sehat yang artinya mereka perlu menurunkan berat badan apabila mengalami obesitas.
“Menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal, olahraga yang teratur serta sangat disarankan berhenti merokok,” kata Bambang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.
Seseorang dikatakan obesitas salah satunya apabila memiliki indeks massa tubuh (IMT) 25,5 – 29 yang didapatkan dengan menghitung berat badan dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m).
Obesitas merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan munculnya penyakit kardiovaskular karena menyebabkan kerusakan sel endotel di pembuluh darah. Sel endotel adalah suatu lapisan tunggal yang melapisi seluruh sistem vaskuler.
“Pembuluh darah akan menjadi lebih kaku dan lebih mudah mengalami kekakuan, meningkatkan risiko tekanan darahnya mulai meningkat,” tutur Bambang.
Post Views: 1,665