RISKS.ID – Suara minyak berdesis, aroma pisang goreng yang baru dicelup adonan, dan hiruk-pikuk pembeli yang antre di pinggir jalan di Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Beginilah keseharian Naning Setyawati (46) setiap sore di kompleks ruko Pamulang Permai.
Siapa mengira, usaha gorengan yang tampak sederhana itu menjadi penopang kehidupan keluarganya. Dan roda usaha kecil itu tidak berputar tanpa bantuan pembiayaan ACC Danaku milik Astra Credit Companies (ACC).
Naning bukan pengusaha kuliner sejak awal. Ia hanyalah ibu rumah tangga di Kelurahan Bambu Apus, Pamulang. Suaminya, Sugiono (50) adalah pekerja swasta dengan penghasilan tak seberapa. Sementara anak-anak mereka sedang menempuh pendidikan tinggi.
“Biaya kuliah dan kebutuhan harian terus bertambah, tetapi pemasukan tidak ikut naik,” kata Naning, yang juga asli Purwokerto, Jawa Tengah itu.
“Sebagai ibu, saya cuma berpikir bagaimana caranya anak-anak bisa tetap sekolah tanpa putus,” kata Naning mengenang masa-masa bingung mencari solusi.
Awal dari Sebuah Kebetulan
Perubahan hidup Naning dimulai dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja. Juli lalu, ia diajak kerabat menghadiri pameran otomotif GIIAS 2025 di ICE BSD. Dia datang hanya untuk melihat kendaraan baru, tanpa niat membeli.
Namun, tak sengaja Naning melewati booth Astra Credit Companies (ACC) dan dihampiri tim marketing yang menawarkan fasilitas dana tunai berbasis jaminan BPKB.
Awalnya Naning ragu. Karena dia bukan pegawai bergaji tetap. Suaminya juga tidak memiliki penghasilan besar. Namun, setelah dijelaskan manfaat dan perhitungan pembiayaan multiguna, Naning mulai melihat peluang.
“Di situ saya kepikiran, kalau punya modal, saya bisa jualan gorengan. Modal kecil, tapi perputarannya cepat,” ujarnya tersenyum.
Naning dan suaminya pun mengajukan pembiayaan multiguna. Mereka menjaminkan BPKB Toyota Avanza tahun 2015 miliknya dengan tenor 4 tahun. Setelah dana cair, Naning langsung memulai usaha gorengan bukan hanya di satu, tetapi empat titik di Pamulang, berkat keyakinannya bahwa usaha kecil bisa tumbuh jika dikelola dengan disiplin.
Setiap lapak mampu menghasilkan omzet sekitar Rp400 ribu per hari. Empat titik berarti omzet harian mencapai Rp1,6 juta, atau sekitar puluhan juta rupiah per bulan. “Sebulan kira-kira Rp25 juta sampai Rp30-an juta deh pak,” katanya.
Dengan pendapatan tersebut, Naning bisa membayar gaji enam karyawan, mencukupi biaya kuliah dua anaknya, membayar angsuran ke ACC per bulan, serta menabung untuk pengembangan usaha.
“Saya tidak ingin penghasilan langsung habis. Saya sisihkan untuk tabungan dan bayar karyawan. Mereka juga butuh makan,” kata dia.
ACC Danaku Bukan Sekadar Pinjaman
Cerita seperti Naning bukan hal asing bagi ACC. Menurut Chief Executive Officer Astra Credit Companies (ACC) Hendry Christian Wong, pembiayaan yang tepat dapat menjadi solusi finansial yang membantu masyarakat membangun kehidupan lebih baik.
“ACC memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan unik dan impian yang besar. Untuk itu kami memperkenalkan ACC Danaku, fasilitas dana tunai yang dapat memenuhi segala kebutuhan masyarakat,” ujar Hendry.
ACC Danaku menjadi bagian dari konsep one stop financial solution Astra Financial, yang tidak hanya memudahkan masyarakat mengakses dana, tetapi sekaligus mendorong tumbuhnya usaha produktif, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung ekonomi keluarga.
“Astra Financial merupakan divisi jasa keuangan Astra yang menghadirkan layanan One Stop Financial Solution,” tambah Hendry.
Naning tidak hanya berjualan, tetapi juga memberi kesempatan kerja bagi enam orang tetangganya. Ia tidak ingin maju sendirian.
“Kalau saya dapat rezeki, orang sekitar juga harus ikut merasakan,” katanya lirih.
Ia ingin membuka titik kelima dan rencana jangka panjang membuat dapur produksi khusus untuk adonan dan pemilihan bahan baku. Ia bermimpi usahanya bisa punya merek dan berkembang menjadi waralaba.
Baginya, cicilan bukan beban. Justru menjadi pengingat untuk menjaga usaha tetap berjalan sehat.
“Kalau kita punya tanggungan, kita jadi semangat bekerja. Yang penting tidak konsumtif, tapi produktif,” tegasnya.
Keuangan inklusif bukan sekadar program atau jargon. Dalam kehidupan nyata, ia hadir lewat pilihan pembiayaan yang aman dan tidak mempersulit seperti yang dialami Naning.
Sebuah BPKB kendaraan yang selama ini hanya disimpan, kini menjadi modal usaha yang membuka lapangan kerja dan membiayai pendidikan dua anak.
Naning tersenyum saat mengemas gorengan terakhir sore itu. Tangannya mungkin berminyak, tapi masa depan keluarganya semakin terang.
Di balik satu bungkus pisang goreng yang kita nikmati, ada cerita perjuangan seorang ibu, dukungan suaminya, kerja enam karyawan, dan hadirnya lembaga pembiayaan yang membuka pintu kesempatan.
Dan di Pamulang, dari wajan-wajan kecil yang mendesis itu, masa depan mulai digoreng hangat setiap hari.





