RISKS.ID – Prestasi yang diraih oleh Green SM (Green and Smart Mobility JSC) dalam ajang Asia Responsible Enterprise Awards (AREA) 2025 menyoroti sebuah pendekatan bisnis yang mengutamakan kolaborasi dalam upaya elektrifikasi transportasi di Asia Tenggara.
Perusahaan asal Vietnam ini dianugerahi penghargaan Green Leadership bukan semata-mata karena jumlah armada listriknya, melainkan berkat model ekosistem terbuka yang dianggap dapat mereplikasi percepatan transisi energi di kawasan.
Yang membedakan Green SM dari operator ride-hailing listrik lainnya adalah strategi inklusifnya. Alih-alih hanya berfokus pada pengembangan armada milik sendiri, perusahaan ini membangun sebuah platform yang mendorong partisipasi luas.
Di Vietnam, mereka meluncurkan Xanh SM Platform, yang memungkinkan pemilik kendaraan VinFast pribadi bergabung sebagai mitra pengemudi. Tidak berhenti di situ, Green SM juga aktif bermitra dengan perusahaan taksi konvensional, membantu mereka melalui proses migrasi menuju kendaraan listrik.
“Kami percaya bahwa model yang benar-benar berkelanjutan hanya dapat tercapai ketika setiap individu dalam ekosistem memilih untuk hidup hijau, bekerja secara berkelanjutan, dan melayani masyarakat dengan kepedulian serta tanggung jawab,” ujar Phan Thi Hong Dung, Director of Training and Culture Development Green SM, dalam pernyataannya di Bangkok.
Pendekatan tiga pilar ini—armada sendiri, platform untuk masyarakat, dan kemitraan dengan operator—terbukti efektif menciptakan dampak kolektif. Dalam waktu kurang dari dua tahun, Green SM telah berekspansi ke Laos, Indonesia, dan Filipina.
Secara kolektif, ekosistem yang dibangunnya tercatat telah melayani lebih dari 300 juta perjalanan tanpa emisi. Angka ini diklaim setara dengan pengurangan emisi karbon dioksida lebih dari 211.000 ton.
Dampak nyata model ini paling terlihat di pasar domestiknya, Vietnam. Green SM dilaporkan memimpin pasar taksi listrik dengan pangsa hampir 40%. Lebih signifikan lagi, mereka berhasil mengajak 19 perusahaan transportasi lokal, termasuk raksasa seperti G7 Taxi dan Mai Linh, untuk sepenuhnya beralih ke armada listrik.
Pencapaian ini menandai sebuah pergeseran paradigma: mobilitas hijau mulai bergeser dari sekadar alternatif menjadi arus utama dalam ekosistem transportasi urban.
Penghargaan ini tidak hanya menjadi pengakuan bagi sebuah perusahaan, tetapi juga menjadi studi kasus bagi kawasan. Ia menunjukkan bahwa percepatan elektrifikasi tidak hanya bergantung pada teknologi kendaraan, tetapi juga pada model bisnis yang mampu menciptakan ekosistem kolaboratif dan inklusif bagi semua pemain di industri.