JAKARTA – Saat libur sekolah, ada banyak kegiatan keagamaan yang bisa dilakukan, salah satunya adalah pesantren kilat. Umumnya, pesantren kilat diselenggarakan di sekolah-sekolah, mulai tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Di pesantren kilat, setiap siswa akan menjalani kehidupan layaknya di pondok pesantren. Bedanya, durasi pendidikannya tidak lama, berbeda dengan pondok pesantren reguler.
Di pesantren kilat, para santri akan menginap di sekolah dan melakukan berbagai aktivitas ibadah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam pesantren kilat misalnya saja seperti praktik salat, mendengarkan ceramah, membaca Alquran, dan masih banyak kegiatan lagi.
Di antara banyak program pesantren kilat, mondok di Kota Mekkah bisa menjadi sebuah pilihan yang sangat menarik, terutama untuk mengisi libur sekolah.
Kang Rauf, manajer sales dan marketing Annisa Travel mengatakan, mondok atau nyantri di Kota Mekkah sudah menjadi tradisi bagi muslim di Indonesia yang ingin menuntut ilmu di negara Arab Saudi.
“Banten menjadi salah satu daerah yang memiliki tradisi nyantri di Arab Saudi. Tercatat dalam sejarah, sejak tahun 1634 orang Banten sudah menuntut ilmu di Mekkah,” urai Rauf.
Tradisi ini kemudian terus berlangsung hingga sekarang. Tak hanya warga Banten, banyak warga daerah lainnya yang memilih nyantri di Arab Saudi sambil melakukan ibadah umrah. “Tradisi ini juga berkembang di wilayah lain,” kata Rauf.
Rauf mengakui, minat nyantri di Arab Saudi cukup tinggi. Tidak hanya dari kalangan anak-anak hingga remaja, namun banyak orang tua di Indonesia yang juga menyatakan keinginannya untuk mondok di Tanah Suci.
Di Annisa Travel, program mondok di Kota Mekkah menjadi program teranyar untuk mengakomodir banyaknya peminat wisata jenis ini. “Mondok di Mekkah memiliki banyak keunggulan dibandingkan mondok biasa yang dilakukan di Tanah Air,” kata Rauf.
“Selain mendapatkan ilmu, santri juga akan mendapatkan wawasan yang lebih luas dengan kegiatan kunjungan ke kampus atau pesantren atau yang biasa disebut dengan rubath,” kata Rauf.
Keunggulan lainnya adalah, program ini dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan mengetahui budaya baru karena dilakukan di negara lain.
Selain itu, santri juga bisa belajar dari berbagai guru dengan berbagai kultur dan budaya yang berbeda. Santri juga punya kesempatan melanjutkan pendidikan sekaligus memperkuat bahasa Arab.
“Selain itu santri juga bisa belajar menjadi muthawif umrah dan haji, belajar handling haji dan berkesempatan membuka wirausaha di bidang umrah dan haji,” kata Rauf.
Soal tempat belajar, Rauf menggaransi para santri akan ditempatkan di lokasi yang sangat nyaman. Untuk para pelajar, mereka akan ditempatkan di sebuah apartemen yang lokasinya tidak jauh dengan Masjidil Haram.
“Sedangkan untuk peserta yang usianya sudah matang (orang tua), mereka akan belajar di hotel dengan guru-guru yang sangat berkualitas,” terang Rauf.
Apa saja program dan kegiatan para santri selama mondok di Arab Saudi?
Selama sebulan di sana, mereka akan diajarkan kajian masyaikh Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang digelar bada Subuh dan Maghrib.
Peserta juga mendapatkan materi halaqah di Pondok Pesantren Rusaifah Mekkah. Mengunjungi kampus dan tempat bersejarah di Kota Mekkah dan Madinah.
“Selain itu kita juga akan mendapat kesempatan eksplore tempat-tempat bersejarah di dua kota suci, yaitu Mekkah dan Madinah. Santri juga akan diajari menjadi muthawif haji dan umrah selama seminggu. Mereka juga akan diajarkan handling airport dan hotel selama seminggu. Jadi ini benefit yang tidak akan mereka dapatkan jika nyantri kilat di tanah air,” kata Rauf.
Soal biaya, ternyata tak semahal yang kita bayangkan. Hanya dengan Rp 31 juta, peserta sudah mendapatkan tiket PP Indonesia-Arab Saudi, akomodasi dan makan selama di sana, serta visa umrah dan tasreh rawdah.
“Biaya itu juga termasuk biaya ziarah di Mekkah dan Madinah, asuransi perjalanan dan kesehatan, handling Jakarta dan Saudi, koper eksklusif dan air zam-zam lima liter. Jadi cukup murah,” terang Rauf. (*)