RISKS.ID – Kementerian Perindustrian menyebutkan pertumbuhan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sampai dengan kuartal ketiga 2025 naik sebesar 4,87 persen secara customer to customer dan 0,72 persen secara kuartal ke kuartal.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sri Bimo Pratomo di Tangerang, Jumat, mengatakan jumlah tenaga kerja pada industri tersebut ada 921.086 orang yang tersebar di 484 perusahaan dalam kategori skala menengah besar.
Kemenperin mencatat jumlah kapasitas industri alas kaki Indonesia pada tahun 2024 ada 1.527 juta pasang dengan rincian 880 juta pasang produksi, 601 juta pasang ekspor, 192 juta pasang impor dan konsumsi mencapai 471 juta pasang.
“Jika dibandingkan dengan Vietnam, jumlah produksi di Indonesia masih di bawahnya. Bahkan Vietnam dua kali lebih besar dibandingkan Indonesia,” ujar Sri Bimo Pratomo saat mendampingi kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke PT Panarub Industry Kota Tangerang Banten, Jumat.
Sementara itu nilai ekspor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki pada tahun 2024 sebesar 7,1 miliar USD, lalu impor 1,69 miliar USD.
Untuk nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sampai dengan triwulan ketiga tahun 2025 mencapai 1.118 juta USD, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp1,3 triliun
“Secara tahunan, ekspor alas kaki tahun 2024 mencapai 7,1 miliar USD atau naik sebesar 10 persen dibandingkan tahun 2023 sebesar 6,4 miliar USD. Neraca perdagangan tahun 2024 juga naik sebesar 9,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” katanya.
Lalu selama periode Januari – Agustus 2025, ekspor alas kaki sebesar 5,16 miliar USD, naik sebesar 11,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Impor alas kaki juga alami kenaikan sebesar 24,24 persen periode Januari hingga Agustus 2025 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” kata dia.
Sri Bimo Pratomo juga mengungkapkan jika ekspor terbesar alas kaki terdapat dengan upper dari kulit, diikuti dengan alas kaki dengan upper dari tekstil serta alas kaki dengan upper dari karet atau plastik.
Untuk impor terbesar terdapat pada komponen alas kaki diikuti dengan alas kaki dengan upper dari karet atau plastik dan alas kaki dengan upper dari tekstil.
Ketua Tim Komisi VII DPR RI Evita Nursanty mengatakan temuan dari fakta di lapangan terkait kendala yang menyebabkan jumlah produksi Indonesia menurun untuk sektor alas kaki akan menjadi catatan untuk dibahas bersama anggota komisi VII lainnya.
“Kita ingin tahu apa yang diberikan pemerintah Vietnam yang tidak diberikan pemerintah kita. Apa dukungan yang membuat kita kalah daya saing. Semua akan kita bahas untuk carikan solusi agar ekonomi Indonesia bisa lebih berkembang,” katanya.
Berbagai temuan lapangan ini akan menjadi bahan penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kawasan Industri serta Panja Daya Saing. DPR menegaskan pentingnya evaluasi regulasi agar perizinan tidak lagi menghambat pertumbuhan industri.
“Kita harus duduk bersama Kemenperin dan kementerian terkait. Hampir semua industri mengatakan hal yang sama. Perizinan ribet dan memakan waktu lama. Ini harus segera kita perbaiki,” kata dia.





