DI era digital ini, perilaku belanja masyarakat mengalami transformasi signifikan. Dengan hanya beberapa ketukan di layar smartphone, kita dapat membeli berbagai kebutuhan mulai dari pakaian, makanan, hingga gadget terbaru. Namun, di balik kemudahan ini, muncul fenomena menarik: banyak orang mengeluhkan pengeluaran yang membengkak meskipun merasa telah berhati-hati.
Mengapa kita sering bertindak tidak rasional dalam mengatur keuangan? Jawabannya dapat ditemukan dalam cabang ilmu ekonomi modern yang disebut ekonomi perilaku (behavioral economics).
Apa Itu Ekonomi Perilaku?
Ekonomi perilaku adalah cabang ilmu ekonomi yang menggabungkan prinsip-prinsip psikologi dan ekonomi untuk memahami bagaimana individu membuat keputusan ekonomi dalam kehidupan nyata.
Berbeda dengan ekonomi klasik yang mengasumsikan bahwa manusia selalu rasional dan bertindak untuk memaksimalkan keuntungan, ekonomi perilaku mengakui bahwa keputusan manusia sering kali dipengaruhi oleh bias kognitif, emosi, dan faktor sosial (Kahneman, 2011; Thaler & Sunstein, 2008).
Daniel Kahneman menjelaskan bahwa otak kita bekerja dalam dua sistem: Sistem 1 yang cepat dan emosional, dan Sistem 2 yang lambat dan rasional. Saat belanja—apalagi saat lelah atau tergoda promo—Sistem 1 biasanya lebih dominan. Inilah sebabnya kita sering belanja impulsif.
Bias Psikologis Saat Belanja:
- Efek Diskon dan Promo
Siapa yang nggak tergoda lihat label “Diskon 70%”? Padahal, barang itu mungkin enggak benar-benar kamu butuhkan. Fenomena ini disebut anchoring bias: kita terpaku pada harga awal yang dicoret, lalu merasa harga diskonnya murah, meski belum tentu murah dibanding kebutuhan kita.
- Fear of Missing Out (FOMO)
Saat lihat flash sale atau promo terbatas waktu, muncul rasa takut ketinggalan. Akibatnya, kita buru-buru beli tanpa mikir panjang, padahal tanpa promo pun, barang itu mungkin nggak masuk prioritas.
- Pembenaran Emosional
Seringkali kita “menghadiahi” diri sendiri dengan belanja, misalnya habis stres ujian, habis capek kerja, atau sekadar ingin mood booster. Di sini, keputusan kita dipengaruhi emosi, bukan kebutuhan rasional.
- Overconfidence Bias
Kita sering merasa bisa mengontrol pengeluaran (“Ah, cuma sekali ini kok”), padahal faktanya perilaku itu berulang. Rasa terlalu percaya diri ini akhirnya bikin kantong jebol.
Contoh Kasus Konsumtif
Survei McKinsey & Company (2023) menunjukkan 60% konsumen Indonesia pernah membeli secara impulsif karena promo dan iklan digital. Salah satunya Linda, pekerja kantoran yang awalnya hanya ingin beli skincare. Tapi setelah tergoda promo bundling, pengeluarannya justru dua kali lipat dari rencana. Perilaku seperti ini bisa menimbulkan tabungan menipis, utang konsumtif (paylater/kartu kredit), dan stres finansial.
Tips Agar Tidak Terkecoh:
- Susun Prioritas – Buat daftar kebutuhan penting agar fokus saat berbelanja
- Tahan 24 Jam – Jika tergoda, beri jeda waktu 24 jam sebelum memutuskan.
- Buat Anggaran – Tentukan batas pengeluaran bulanan dan patuhi.
- Kurangi Akses Aplikasi Belanja – Hapus aplikasi atau matikan notifikasi agar tidak tergoda.
- Bedakan Kebutuhan vs Keinginan – Tanyakan pada diri sendiri: benar-benar perlu atau cuma ingin?
- Evaluasi Rutin – Tinjau belanjaan secara berkala, apakah benar-benar terpakai dan dibutuhkan?
Kesimpulan: Memahami Ekonomi Perilaku, Belanja Lebih Bijak
Ekonomi perilaku mengajarkan bahwa keputusan belanja kita tidak selalu logis, tapi sering dipengaruhi emosi dan kebiasaan. Dengan memahami bias seperti anchoring dan FOMO, kita bisa mengatur pola belanja lebih bijak. Jadi, kenali jebakan psikologisnya, dan ubah pola konsumsi agar keuangan tetap sehat di tengah gempuran promo digital.
Daftar Pustaka
Kahneman, D. (2011). Thinking, Fast and Slow. Farrar, Straus and Giroux.
McKinsey & Company. (2023). How Indonesian Consumers Are Shaping the Future of E-Commerce.
Thaler, R. H., & Sunstein, C. R. (2008). Nudge: Improving Decisions About Health, Wealth, and Happiness. Yale University Press.
Penulis:
Rizka Aulia Nurfadilah
Mahasiswa Akuntansi – Universitas Pamulang
Artikel Terkecoh Diskon? Ekonomi Perilaku Ungkap Alasan di Balik Belanja Impulsif pertama kali tampil pada tangselxpress.com.
tangselxpress.com