Mitos Gunung Wilis: Jejak Cerita Mistis yang Mengakar di Masyarakat Kota Kediri

gunung wilis
Gunung Wilis dari kejauhan. Foto: Kata Omed

RISKS.ID – Bagi masyarakat Kediri, Gunung Wilis bukan sekadar deretan perbukitan hijau yang membentang di sisi barat kota. Gunung setinggi 2.169 meter itu menyimpan berlapis mitos, kisah-kisah turun-temurun, hingga legenda mistis yang sejak lama mewarnai kehidupan warga.

Cerita-cerita tersebut terus hidup, diwariskan dari generasi ke generasi, dan menjadi bagian dari identitas kultural masyarakat di wilayah Mataraman.

Bacaan Lainnya

Warisan Cerita dari Masa Jawa Kuno

Gunung Wilis, yang terhampar di antara enam kabupaten — Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, Ponorogo, dan Madiun — kerap disebut sebagai gunung “sunyi” karena tidak memiliki kawah maupun catatan letusan. Kesunyian inilah yang justru melahirkan banyak spekulasi dan cerita mistis.

Menurut beberapa sesepuh Kediri, Wilis sejak masa Jawa Kuno diyakini sebagai tempat bertapa tokoh-tokoh leluhur. Kawasannya yang rimbun dan sukar dijangkau dianggap ideal untuk laku spiritual.

“Dulu orang-orang tua percaya ada banyak resi dan ksatria yang memusatkan tirakatnya di sana,” ujar salah satu tokoh budaya di Kecamatan Mojoroto. “Karena itu, Wilis dianggap sebagai daerah yang dijaga oleh kekuatan yang tak kasat mata.”

Legenda Dewi Kilisuci dan Perjalanan Spiritual

Salah satu mitos paling kuat adalah kaitan Gunung Wilis dengan Dewi Kilisuci, sosok putri spiritual yang juga dikaitkan dengan Gua Selomangleng di Kediri. Beberapa versi cerita menyebutkan bahwa Dewi Kilisuci kerap melakukan perjalanan rohani menuju puncak Wilis, tempat para dewa dan leluhur bersemayam.

Masyarakat percaya bahwa gunung itu adalah “gerbang sunyi”, tempat di mana batas antara dunia manusia dan dunia gaib lebih tipis. Banyak peziarah pada masa lalu melakukan napak tilas menuju titik-titik tertentu di lereng Wilis untuk memohon petunjuk atau kekuatan batin.

Pantangan Tak Tertulis di Wilis

Hingga kini, sebagian warga Kediri yang melakukan pendakian atau ritual tradisi tetap memegang beberapa pantangan tak tertulis.
Beberapa di antaranya:
• Dilarang bersikap sombong atau berkata kasar, karena dipercaya dapat “membangunkan” penjaga gaib gunung.
• Tidak diperbolehkan menebang pohon sembarangan, sebab hutan Wilis dianggap dihuni makhluk penunggu.
• Pendaki dianjurkan meminta izin secara batin ketika memasuki area tertentu yang diyakini “angker”.

Meski pantangan ini sering dianggap sebagai bagian dari etika leluhur dalam menjaga alam, banyak warga tetap mematuhinya sebagai bentuk penghormatan.

Mitos Wilis sebagai Penjaga Kediri

Di sejumlah desa lereng barat Kediri, terdapat kisah bahwa Gunung Wilis merupakan “tameng” alam bagi Kota Kediri. Diyakini bahwa gunung ini menjadi penghalang bencana besar, seperti badai, angin kencang, hingga gangguan geologis.

Cerita lain menyebutkan bahwa Wilis menjadi lokasi “keseimbangan energi” bagi kawasan Kediri Raya. Menurut para juru kunci dan pemerhati budaya lokal, ada titik-titik sakral yang dianggap sebagai pusat kekuatan alam, seperti mata air tua, goa-goa hening, serta batu-batu besar yang diyakini sebagai peninggalan masa prasejarah.

Jejak Cerita Pasukan Halus dan Kerajaan Gaib

Sebagian masyarakat Kediri, terutama yang tinggal di wilayah pesisir lereng, tumbuh dengan cerita bahwa Wilis merupakan tempat bersemayamnya sebuah kerajaan gaib.

Cerita ini menggambarkan adanya pasukan halus yang kerap “berpindah tempat” pada malam tertentu, terutama pada Selasa Kliwon atau Jumat Legi.

Beberapa warga mengaku pernah mendengar suara gamelan lembut dari kejauhan, atau iring-iringan seperti pasukan lewat di tengah malam. Meski tidak dapat dibuktikan, cerita semacam ini telah menjadi folklore yang memperkaya imajinasi warga Kediri sejak lama.

Kisah Hilangnya Pendaki dan Misteri “Kabut Penjaga”

Gunung Wilis juga dikenal dengan kabutnya yang tebal dan datang tiba-tiba. Dalam mitos warga, kabut yang muncul mendadak dipercaya sebagai “penjaga wilayah” yang sedang berpatroli. Pendaki yang tidak sopan atau tidak menjaga perilaku konon bisa tersesat meski sudah hafal jalur.

Beberapa kisah pendaki yang hilang atau tersesat kemudian dikaitkan dengan gangguan makhluk halus, meski secara ilmiah kondisi tersebut lebih erat dengan cuaca ekstrem dan kontur hutan yang rapat.

Wilis di Mata Generasi Muda

Menariknya, mitos Gunung Wilis tidak luntur meski generasi muda lebih dekat dengan internet dan media sosial. Banyak anak muda Kediri yang justru menganggap cerita-cerita tersebut sebagai bagian identitas lokal yang unik.

Komunitas pecinta alam dan pemerhati budaya di Kediri bahkan mulai mendokumentasikan kisah-kisah itu dalam bentuk video, tulisan, dan pameran budaya. Upaya ini membuat legenda Wilis tetap hidup, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai kearifan lokal tentang menjaga alam dan menghormati sejarah.

Antara Fakta Alam dan Warisan Folklore

Meski sarat dengan mitos, Gunung Wilis tetap menyimpan kekayaan alam yang nyata: hutan yang luas, mata air yang melimpah, serta beragam flora-fauna khas. Para ahli lingkungan menyebut wilayah Wilis sebagai salah satu penyangga ekosistem penting bagi Kediri dan sekitarnya.

Di sisi lain, cerita-cerita yang mengiringinya menjadi cermin budaya masyarakat Kediri — sebuah campuran antara kepercayaan, sejarah, dan kearifan lokal yang terus tumbuh dalam ingatan kolektif warga.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *