PENERAPAN Good Corporate Governance (GCG) menjadi faktor krusial bagi keberlanjutan dan kesuksesan suatu perusahaan. Penerapan GCG memiliki latar belakang yang kuat, baik dari sisi praktis maupun akademis. Secara praktis, konsep ini muncul sebagai respons terhadap berbagai krisis perusahaan yang terjadi, seperti kasus kebangkrutan besar yang dialami oleh korporasi di Amerika Serikat.
Sementara itu, secara akademis, GCG berkembang melalui berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang manajemen dan ekonomi, menekankan pentingnya tata kelola yang baik guna menciptakan perusahaan yang sehat dan berdaya saing.
Peran Strategis Pengawasan dalam Good Corporate Governance: Menjaga Transparansi dan Akuntabilitas
GCG merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk memastikan perusahaan dikelola dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness.
Pengawasan dalam GCG memiliki beberapa tujuan utama, di antaranya:
- Meningkatkan Transparansi.
- Menjaga Akuntabilitas.
- Meminimalisir Risiko Kecurangan dan Korupsi.
- Menjamin Kepatuhan terhadap Regulasi.
- Meningkatkan Kepercayaan Investor dan Pemangku Kepentingan .
- Mendukung Keberlanjutan.
Salah satu aspek terpenting dalam GCG adalah pengawasan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari dewan komisaris, komite audit, auditor internal, hingga regulator eksternal. Dengan sistem pengawasan yang kuat, perusahaan dapat meningkatkan transparansi, menjaga akuntabilitas, serta meminimalisir risiko kecurangan dan korupsi.
Kontras Pengelolaan SWF: Keberhasilan Norwegia vs. Tantangan Venezuela dalam Good Corporate Governance
Menurut emergingindonesia.com Norwegia memiliki Government Pension Fund Global (GPFG), sebuah Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar di dunia yang berfungsi untuk mengelola surplus pendapatan dari minyak dan gas. Keberhasilan GPFG tidak hanya berasal dari jumlah dananya yang besar, tetapi juga dari tata kelola kelembagaan yang kuat dan transparan. GPFG dikelola oleh Norges Bank Investment Management (NBIM), lembaga di bawah Bank Sentral Norwegia. NBIM memiliki mandat khusus untuk menginvestasikan dana GPFG ke luar negeri, sehingga aset ini terpisah dari ekonomi domestik Norwegia. Hal ini dilakukan agar, ketika ekonomi Norwegia mengalami tekanan, dana GPFG tetap stabil dan tidak terdampak secara langsung.
Menurut informasi yang diambil dari educareforma.com Venezuela mendirikan Fondo de Desarrollo Nacional (FONDEN) untuk mengelola penghasilan dari minyak. Pemerintah berharap dana ini dapat dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, dalam perkembangannya, FONDEN tidak dikelola dengan baik. Banyak proyek yang direncanakan tidak pernah terwujud atau mengalami pemborosan, sehingga dana yang seharusnya untuk investasi justru terbuang percuma. Lebih parahnya, Venezuela tidak menerapkan kebijakan untuk mendiversifikasi investasi. Hampir seluruh dana menggantung pada minyak, tanpa adanya persiapan untuk menghadapi perubahan ekonomi di dunia.
Memperkuat Pengawasan Good Corporate Governance di Danantara: Strategi Menuju Transparansi dan Akuntabilitas
Danantara, yang merupakan singkatan dari Daya Anagata Nusantara, hadir sebagai tonggak baru dalam pengelolaan investasi strategis Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Presiden Prabowo, “Daya” melambangkan kekuatan dan energi, “Anagata” berarti masa depan, dan “Nusantara” merujuk pada Indonesia sebagai satu kesatuan. Dengan filosofi ini, Danantara diharapkan menjadi pilar utama dalam membangun ketahanan ekonomi dan menjadi sumber energi finansial bagi masa depan bangsa.
Sebagai lembaga pengelola investasi, Danantara akan memanfaatkan modal yang bersumber dari kekayaan alam dan aset negara untuk mendanai proyek-proyek berkelanjutan yang berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang. Pendekatan ini memungkinkan Danantara untuk beroperasi tanpa bergantung pada anggaran pemerintah, memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam menjalankan strategi investasi yang efektif.
Dalam perjalanan menuju keberhasilan, Danantara harus mengambil inspirasi dari GPFG Norwegia, yang dikenal sebagai salah satu dana investasi negara paling transparan dan efisien di dunia. Transparansi dalam pengelolaan dana menjadi salah satu aspek krusial yang perlu diterapkan secara ketat guna memastikan akuntabilitas dan kepercayaan publik terhadap Danantara. Namun, tantangan utama yang dihadapi bukan hanya soal keterbukaan, tetapi juga bagaimana mengembangkan strategi investasi yang tepat agar mampu mencapai kesuksesan yang sama seperti GPFG.
Di sisi lain, Danantara perlu belajar dari kegagalan FONDEN Venezuela, yang mengalami penurunan signifikan akibat ketergantungan berlebihan pada satu sektor, yaitu minyak. Untuk menghindari risiko tersebut, diversifikasi investasi menjadi langkah kunci. Dengan berinvestasi di berbagai sektor seperti teknologi, infrastruktur, energi terbarukan, dan manufaktur, Danantara dapat menciptakan stabilitas keuangan yang lebih baik dan mengurangi dampak dari ketidakpastian ekonomi global.
Penerapan Danantara di Indonesia menuai berbagai pro dan kontra, terutama karena masyarakat masih skeptis terhadap efektivitas dan integritasnya, mengingat maraknya kasus korupsi di tanah air. Kekhawatiran ini semakin menguat setelah muncul diskusi public di teropongbisnis. id yang bertajuk “Apakah Pengelola Dana Negara Danantara Kebal Hukum?”, yang menyoroti prinsip impunitas dalam pengelolaan dana tersebut. Didik, salah satu pembicara dalam diskusi tersebut, menegaskan bahwa aturan penilaian bisnis dalam Danantara seharusnya tidak menjadi celah bagi pelaku korupsi untuk lolos dari tanggung jawab hukum.
Meski demikian, Presiden tetap optimistis bahwa Danantara akan membawa manfaat besar bagi perekonomian nasional. Ia menekankan bahwa lembaga ini dirancang untuk mengelola aset negara dengan lebih efisien dan efektif, sekaligus meningkatkan transparansi dalam pengelolaannya. Menurut Presiden, kehadiran Danantara dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk melangkah maju dengan lebih kuat dan bersatu. Namun, ia juga menegaskan bahwa keberhasilan Danantara sangat bergantung pada bagaimana sistem pengawasannya diterapkan.
Sebagai upaya untuk memperkuat pengawasan, Presiden menunjuk beberapa individu independen untuk menjadi pengawas di Danantara, salah satunya adalah Ray Dalio, seorang investor kawakan asal Amerika Serikat yang memiliki pemahaman luas tentang ekonomi global. Dalio, yang dikenal dengan karya-karyanya mengenai analisis ekonomi, termasuk dalam bukunya The Changing World Order: Why Nations Succeed and Fail (2021), dipercaya dapat memberikan sudut pandang yang objektif dalam mengawasi pengelolaan Danantara. Dengan latar belakang yang tidak terikat oleh kepentingan politik lokal, Dalio diharapkan mampu menjalankan perannya dengan independensi penuh, memastikan bahwa Danantara tetap berada dalam koridor tata kelola yang baik.
Jika Danantara dapat menerapkan sistem pengelolaan yang transparan dan independen, maka peran pengawas seperti Ray Dalio akan lebih efektif dalam menjaga integritasnya. Dengan demikian, kehadiran Danantara berpotensi menjadi tonggak penting bagi Indonesia dalam pengelolaan investasi strategis, sekaligus menjawab keraguan publik terkait potensi penyalahgunaan dana negara. Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci utama bagi keberhasilan Danantara dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Penulis:
Dani 211011200408
Dea Aprilia 211011200408
Della Puspita Ayusanda 211011200661
Kelompok 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Corporate Governance dengan Dosen Pengampu Bapak Fery Citra Febriyanto S.E., M.M.
Artikel Penerapan Good Corporate Governance di Danantara pertama kali tampil pada tangselxpress.com.
tangselxpress.com