JAKARTA – Jenazah pria yang ditemukan di kamar kos kawasan Menteng Jakarta Pusat pada Selasa, 8 Juli 2025 diketahui bernama Arya Daru Pangayunan (ADP), seorang diplomat muda yang bekerja di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Hingga kini, kasus kematian yang menggegerkan ini masih menjadi misteri.
ADP pertama kali ditemukan tewas dalam kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dengan kondisi mengenaskan yakni kepala yang dililit lakban dan tubuh tertutup selimut.
Kasus ini pun membuat publik bertanya-tanya, apakah kematian ADP merupakan kasus pembunuhan atau bunuh diri.
Pakar kriminolog Lucky Nurdiyanto memberikan analisis awal berbasis pendekatan ilmiah terhadap motif dan pola tempat kejadian perkara (TKP) dalam kasus ADP.
Lucky mengatakan, ada dua kemungkinan utama dalam kasus ini, yakni bunuh diri (suicide) atau pembunuhan (homicide). Dikutip dari laman http://beritasatu.com
Untuk kemungkinan bunuh diri, Lucky mengutip pendekatan dari sosiolog Emile Durkheim yang membedakan antara suicide altruistik dan suicide egoistik.
“Bunuh diri altruistik sering kali dilakukan dengan landasan pengorbanan atau keinginan menyembunyikan sesuatu, sedangkan egoistik justru lebih berorientasi pada dorongan menarik atensi terhadap dirinya,” ujar Lucky.
Meski demikian, pendekatan sosiologis ini menurutnya, belum cukup kuat jika tidak disertai pendalaman terhadap kondisi psikologis dan sosial korban, serta data lengkap dari hasil penyelidikan aparat. Di sinilah analisis forensik dan investigasi kriminal menjadi krusial.
Kemudian Lucky melanjutkan pernyataannya, bahwa kemungkinan besar kematian korban adalah kasus pembunuhan.
Salah satu indikasi yang mengarah ke sana adalah minimnya reaksi tubuh korban yang biasanya terjadi saat seseorang mengalami cekikan atau kesulitan bernapas, serta tidak ditemukannya jejak perlawanan di TKP.
“Agak sulit jika itu dianggap sebagai upaya bunuh diri, tapi tidak ada tanda-tanda rontakan, peregangan tubuh, atau upaya korban melawan saat mengalami sesak napas,” ungkapnya.
Petunjuk penting dalam kasus ini, kata dia, bersihnya TKP dan tidak ditemukannya barang bukti mencurigakan atau bekas interaksi fisik.
Ia menyebut kemungkinan adanya pelaku sangat terlatih atau memiliki rencana matang jika memang ini adalah tindak kriminal pembunuhan.
Namun, Lucky menekankan, untuk benar-benar memahami apa yang terjadi, penyelidik harus melakukan pembacaan utuh terhadap latar sosial korban.
Termasuk mengusut hubungan korban dengan keluarga, rekan kerja, serta menelusuri persiapan Arya yang disebut akan bertugas ke luar negeri.
“Interaksi korban dengan pihak lain perlu dikonstruksi ulang, termasuk keterlibatannya dalam dinamika pekerjaan, persiapan penugasan ke luar negeri, serta pola komunikasi terakhir yang bisa diakses,” jelas Lucky.
Menutup analisanya, Lucky mengingatkan masyarakat agar tidak terburu-buru menyimpulkan penyebab kasus ini.
Ia menyatakan, penjelasannya hanya sebagai pendekatan awal berbasis keilmuan, bukan untuk mendahului hasil investigasi resmi dari pihak kepolisian.
“Kita perlu menghormati proses penyelidikan yang sedang berjalan. Analisis ini bukan untuk berspekulasi, tapi untuk memberi gambaran ilmiah dari apa yang bisa dibaca secara terbuka,” tegasnya.
Artikel Kematian Diplomat Kemenlu Masih Misteri, Kriminolog: Kemungkinan Besar Pembunuhan pertama kali tampil pada tangselxpress.com.
tangselxpress.com