RISKS.ID – Di sebuah rumah sederhana di Desa Besuk, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, aroma kulit lembu yang baru dipres mulai tercium begitu pintu ruang produksi dibuka.
Di ruangan itu, tiga bersaudara, Tomi Krisnawan, Heri Susanto, dan Toni Kristianto tenggelam dalam dunia yang mereka bangun sendiri: Sapindelick. Sebuah brand tas handmade yang kini namanya melintas jauh, bahkan sampai ke Kanada dan sejumlah negara Eropa.
Padahal, perjalanan Sapindelick tidak dimulai dari tempat yang nyaman seperti sekarang. Semuanya bermula pada 2015, dari sebuah ruang kecil di kawasan Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur.
Dengan alat seadanya, tiga bersaudara itu nekat merintis produksi dompet, tas, hand bag, sabuk, tempat korek api, dan berbagai aksesoris berbahan kulit lainnya.
Mereka bekerja hingga larut malam, mengandalkan ketelitian tangan, dan bermodalkan keyakinan bahwa setiap jahitan adalah investasi masa depan.
“Kami mulai bertiga saja. Semua dilakukan sendiri, dari desain sampai finishing,” kenang Tomi, saat ditemui di rumah produksinya yang baru.
Seiring tahun berjalan, mimpi itu pelan-pelan berubah menjadi ruang kerja yang lebih besar di Desa Besuk. Produk Sapindelick pun makin beragam. Kualitasnya terus membaik, modelnya makin matang, dan pasar mulai membuka mata. Produksi mereka mulai diakui pasar.
Perempuan yang Mengubah Arah Desain
Sapindelick tidak lagi dikerjakan oleh tiga bersaudara itu saja. Mereka sudah mempekerjakan dua karyawan, seorang perempuan dan laki-laki. Karyawan perempuan itu bahkan menjadi bagian penting dalam perkembangan desain mereka.
“Sulit membuat desain tas cewek kalau tidak ada sudut pandang perempuan. Jadi kami rekrut satu tenaga cewek supaya desain tasnya lebih tepat dan sesuai selera pasar,” ujar Tomi sambil menunjukkan beberapa prototipe tas terbaru.
Ada hal unik dari Sapindelick: meski mereka memiliki mesin produksi, peminat produk handmade justru jauh lebih banyak. Ada sentuhan kemanusiaan yang tidak bisa digantikan mesin. Setiap jahitan berbeda, setiap goresan memiliki ruh, dan setiap tas membawa cerita.
Harga Terjangkau, Kualitas Kelas Dunia
Tomi membandingkan produk handmade mereka dengan brand-brand besar. Tas kulit handmade pada umumnya dibanderol di atas Rp1,6 juta. Sapindelick jauh lebih terjangkau, bahkan berada di bawah Rp650 ribu. Namun harga itu tidak mencerminkan kualitas.
“Kami berani kasih garansi seumur hidup. Kalau jahitan atau kulit rusak dalam pemakaian normal, kirim saja, pasti kami perbaiki,” terang Tomi.
Garansi itu bukan sekadar gimmick. Ia adalah simbol keyakinan atas kualitas kerja mereka. Tas-tas itu dibuat agar kuat digunakan bertahun-tahun, bahkan dipersiapkan untuk diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Langkah besar lain juga sudah mereka ambil: Sapindelick telah resmi dipatenkan. Bagi Tomi dan saudara-saudaranya, ini bukan hanya soal proteksi hukum, tetapi soal membuka peluang pemasaran yang lebih luas.
“Alhamdulillah, setelah resmi dipatenkan, produk kami makin mudah diterima pasar luar negeri. Sekarang sudah go international,” ujarnya dengan nada bangga yang berusaha ia sembunyikan.
Sapindelick tampil berbeda. Desainnya unik, tidak mengikuti pakem brand besar yang menjual gaya seragam. Banyak konsumen meminta desain khusus, mulai tas ransel, dompet, hingga barang pesanan dengan pola pribadi. Semua dibuat dengan pendekatan personal.
Dari Instagram Menuju Pasar Dunia
Pemasaran Sapindelick selama ini mengandalkan media online. Instagram @sapindelick menjadi etalase yang paling aktif. Mereka juga punya Facebook dan Twitter dengan nama yang sama. Dari sanalah pesan-pesan dari luar negeri sering datang.
Setiap bulan, rata-rata sekitar 20 produk terjual. Untuk ukuran produksi manual dengan proses detil dan ketelitian tinggi, angka itu bukan sedikit.
Kerja sama dengan toko online juga membuat pemesanan lebih mudah. Namun banyak konsumen memilih datang langsung ke workshop mereka. Di ruang produksi itu, pembeli bisa melihat sendiri bagaimana tangan-tangan terlatih mengolah kulit lembu menjadi tas yang penuh karakter.
Alamat yang Menjadi Saksi Perjuangan
Di Jalan Joyoboyo 84, Desa Besuk, Gurah, Kediri, rumah produksi Sapindelick kini menjadi saksi bahwa mimpi bisa dirajut dengan ketekunan. Sebuah ruang kecil di kampung yang pelan-pelan membuka pintu ke pasar dunia.
Untuk pemesanan, konsumen bisa menghubungi Tomi langsung di 0857-8246-9909. Namun bagi Tomi dan kedua saudaranya, nomor itu bukan sekadar kontak bisnis. Itu adalah gerbang komunikasi dari sebuah perjalanan panjang, perjalanan tiga bersaudara yang menjahit masa depan dengan tangannya sendiri.





