RISKS.ID — Pemerintah memastikan proses negosiasi tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah memasuki tahap akhir.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa penyelesaian legal drafting menjadi langkah terakhir sebelum kesepakatan dituntaskan tahun ini.
“Hampir semua teks sudah kita bahas. Kita juga sudah kirim ke Amerika, tinggal finalisasi legal drafting di kedua sisi,” kata Airlangga dalam 13th US–Indonesia Investment Summit di Jakarta, Senin (17/11).
Airlangga menegaskan, tidak ada keberatan dari negara lain atas rencana pemberian tarif khusus tersebut, termasuk dari Inggris. Menurutnya, respons tersebut wajar mengingat fasilitas perdagangan kerap memicu minat negara mitra lainnya.
“Tidak ada protes, saya sudah bicara dengan Inggris,” ujarnya.
Pemerintah juga menegaskan bahwa Indonesia tetap memiliki berbagai jalur kerja sama perdagangan lain melalui skema CEPA dengan Uni Eropa, Kanada, hingga China. Dengan demikian, dinamika hubungan dagang dinilai dapat dikelola tanpa memunculkan tensi baru.
Komoditas Berpotensi Tarif 0 Persen
Dalam paket kesepakatan dengan AS, komoditas Indonesia yang tidak diproduksi domestik Amerika berpeluang memperoleh tarif 0 persen. Di antaranya minyak sawit mentah (CPO), karet, teh, kopi, dan produk berbasis karet. Adapun komoditas tekstil dan alas kaki masih dalam pembahasan lanjutan.
Sebelumnya, AS telah menyetujui penurunan tarif sejumlah produk asal Indonesia dari ancaman awal 32 persen menjadi 19 persen.
Komitmen Impor dan Investasi
Sebagai bagian dari paket negosiasi, Indonesia menyampaikan komitmen untuk menambah impor dari AS guna menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. Pemerintah menargetkan impor energi dari AS hingga USD15 miliar, serta impor produk pertanian hingga USD4,5 miliar.
Di sisi investasi, kedua negara juga menyepakati pembangunan fasilitas blue ammonia di AS senilai USD10 miliar, selain sejumlah investasi tambahan untuk proyek-proyek di Indonesia.
Dengan keseluruhan paket perdagangan dan investasi tersebut, Airlangga optimistis neraca dagang Indonesia–AS dapat kembali berada pada posisi seimbang.





